Bagikan:

JAKARTA - Snap Inc., perusahaan induk dari aplikasi Snapchat dan token SNAP, merosot setelah melaporkan hasil kuartal keempat yang mengecewakan. Pendapatan perusahaan hanya naik 5% secara tahunan, dari 1,3 miliar dolar AS (Rp20,27 triliun) menjadi 1,36 miliar dolar AS  (Rp21,2 triliun), di bawah ekspektasi analis. Selain itu, perusahaan juga memproyeksikan pendapatan kuartal pertama yang lebih rendah dari harapan pasar.

Perusahaan yang berbasis di California, AS, ini menghadapi kesulitan dalam mengembalikan pertumbuhan pengguna dan pendapatan iklan pasca pandemi Covid-19. Snap juga terdampak akibat persaingan ketat dari platform media sosial lainnya, seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Snap juga mengumumkan akan mengurangi 10% dari total karyawan, atau sekitar 530 orang, sebagai upaya menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi.

Akibat laporan keuangan yang buruk, saham Snap Inc. anjlok hampir 30% dalam perdagangan setelah jam kerja pada Senin, 5 Februari. Saham ini telah turun lebih dari 50% sejak mencapai level tertinggi sepanjang masa pada November 2022. Beberapa analis menurunkan target harga saham Snap, menyatakan kekhawatiran tentang prospek jangka panjang perusahaan.

Salah satu yang mengkritik kinerja Snap adalah Kamran Ansari, mitra venture Headline, yang pernah bekerja sebagai kepala strategi korporat dan pengembangan bisnis di Snap. Dalam wawancara dengan Yahoo Finance, Ansari mengatakan bahwa pergerakan Snap "telah datar dalam setahun terakhir atau lebih" dan "masih kehilangan banyak uang". Dia menyarankan agar Snap fokus pada inovasi produk dan peningkatan kualitas layanan, bukan hanya pada pertumbuhan pengguna.

Sementara itu, token SNAP, yang merupakan aset digital yang dikeluarkan oleh Snap Inc. pada tahun 2022, juga mengalami penurunan. Token ini ditujukan untuk memberi insentif kepada pengguna dan pengembang yang berkontribusi pada ekosistem Snapchat. Namun, token ini belum banyak diminati oleh pasar kripto.

Menurut data dari CoinMarketCap, harga token SNAP saat ini adalah 0,0001814 dolar AS  (Rp2,83), turun 0,34% dalam 24 jam terakhir. Kapitalisasi pasar token ini adalah 58.732,68 dolar AS  (Rp915,6 juta), dengan volume perdagangan sebesar 4,77 dolar AS  (Rp74,3 ribu). Token ini berada di peringkat ke-7288 dalam daftar 11.000 lebih kripto yang ada di CoinMarketCap.

Meskipun demikian, ada beberapa berita positif yang mungkin dapat mendongkrak harga token SNAP di masa depan. Salah satunya adalah peluncuran musim Black Order di Marvel Snap, sebuah permainan kartu digital yang menggunakan token SNAP sebagai aset kripto dalam permainan. Musim ini menampilkan karakter-karakter dari film Avengers: Infinity War dan Endgame, yang diharapkan dapat menarik minat penggemar Marvel.

Selain itu, Snap juga berencana untuk mengembangkan platform Web3, yang merupakan visi tentang internet terdesentralisasi yang didukung oleh teknologi blockchain. Snap berharap dapat memanfaatkan Web3 untuk meningkatkan pengalaman pengguna, privasi, dan keamanan, serta menciptakan peluang baru bagi pengembang dan kreator. Snap juga telah bergabung dengan Crypto Open Patent Alliance (COPA), sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mencegah paten kripto yang menghambat inovasi.

Dengan demikian, Snap masih memiliki potensi untuk bangkit dari keterpurukan, asalkan dapat mengeksekusi strategi dan rencana bisnisnya dengan baik. Namun, perusahaan ini juga harus siap menghadapi tantangan dan risiko yang mungkin timbul di sepanjang jalan, baik dari segi operasional, regulasi, maupun persaingan.