Bagikan:

JAKARTA - Snap  mengumumkan pada Senin 5 Februari bahwa mereka akan memangkas sekitar 528 karyawan, atau 10% dari total karyawan globalnya. Ini menjadi sebuah tanda bahwa gelombang pemutusan hubungan kerja yang terjadi pada tahun 2023 bisa berlanjut karena perusahaan-perusahaan berjuang dengan ketidakpastian ekonomi.

"Demi memposisikan bisnis kami dengan baik untuk melaksanakan prioritas-prioritas tertinggi kami, dan untuk memastikan kami memiliki kapasitas untuk berinvestasi tambahan untuk mendukung pertumbuhan kami dari waktu ke waktu, kami telah membuat keputusan sulit untuk merestrukturisasi tim kami," kata Snap.

Snapchat, induk perusahaan tersebut, memperkirakan biaya sebelum pajak dalam kisaran 55 juta dolar AS (Rp867,6 miliar) hingga 75 juta dolar AS (Rp1,1 triliun), yang terutama terdiri dari kompensasi pengunduran diri dan biaya terkait, serta biaya lainnya, di mana 45 juta (Rp709,9 miliar) hingga 55 juta dolar AS diharapkan akan menjadi pengeluaran kas di masa depan.

Sebagian besar biaya ini diharapkan akan terjadi selama kuartal pertama tahun 2024.

Snap bergabung dengan beberapa perusahaan teknologi dan media lainnya seperti Amazon   dan Alphabet   yang mengumumkan pemutusan hubungan kerja pada bulan Januari.

Secara keseluruhan, hampir 32.000 pekerja telah diberhentikan di 122 perusahaan teknologi sejak awal tahun, menurut situs web pelacakan Layoffs.fyi.

Sektor teknologi telah kehilangan 168.032 pekerjaan pada tahun 2023 dan menjadi penyumbang terbanyak dalam jumlah pemutusan hubungan kerja di berbagai industri, menurut laporan oleh Challenger, Gray, dan Christmas awal bulan ini. Termasuk di antaranya adalah lebih dari 10.000 pemutusan hubungan kerja di Microsoft.