JAKARTA - CEO Nvidia, Jensen Huang, mengatakan pada Senin 12 Februari, bahwa setiap negara perlu memiliki infrastruktur kecerdasan buatan sendiri untuk memanfaatkan potensi ekonomi sambil melindungi budayanya masing-masing.
“Anda tidak boleh membiarkan hal itu dilakukan oleh orang lain," kata Huang di World Government Summit di Dubai.
Huang, yang perusahaannya telah melonjak nilainya menjadi 1,73 triliun dolar AS (Rp27 kuadraliun) di pasar saham karena dominasinya dalam pasar chip kecerdasan buatan kelas atas, mengatakan perusahaannya sedang 'demokratisasi' akses terhadap kecerdasan buatan karena peningkatan efisiensi yang cepat dalam komputasi kecerdasan buatan.
"Sisanya benar-benar terserah Anda untuk mengambil inisiatif, mengaktifkan industri Anda, membangun infrastruktur, secepat yang Anda bisa," ujarnya.
BACA JUGA:
Dia mengatakan bahwa kekhawatiran tentang bahaya kecerdasan buatan terlalu dibesar-besarkan, seraya mencatat bahwa teknologi dan industri baru lainnya seperti mobil dan penerbangan telah berhasil diatur.
"Terdapat beberapa kepentingan yang ingin menakut-nakuti orang tentang teknologi baru ini, untuk membuatnya menjadi misterius, untuk mendorong orang lain untuk tidak melakukan apa pun tentang teknologi tersebut dan bergantung pada mereka untuk melakukannya. Dan saya pikir itu adalah kesalahan," ungkap Huang.
Menyusul putaran baru pembatasan AS pada bulan Oktober yang diberlakukan pada beberapa chip kecerdasan buatan Nvidia, perusahaan tersebut mengatakan pada November bahwa mereka sedang bekerja dengan pelanggan di China dan Timur Tengah untuk mendapatkan lisensi ekspor untuk produk-produk baru yang akan mematuhi aturan AS.