Bagikan:

JAKARTA - Penawaran koin awal (ICO) kripto adalah salah satu cara yang populer untuk mengumpulkan dana bagi proyek-proyek berbasis blockchain. Namun, tahukah Anda bahwa penampilan wajah anggota tim ICO kripto bisa berpengaruh besar terhadap keputusan investor? Sebuah studi terbaru mengungkap fakta mengejutkan tentang hal ini.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Profesor Sinh Toi Moi dari Sekolah Ekonomi Hanken di Helsinki, Finlandia, pada tanggal 8 Februari, meneliti bagaimana penampilan wajah anggota tim ICO kripto mempengaruhi kepercayaan investor. Studi ini menggunakan pembelajaran mesin untuk menganalisis ciri-ciri wajah dari 5.826 ICO kripto yang dilakukan antara tahun 2015 dan 2020.

Hasilnya menunjukkan bahwa penampilan wajah yang dapat dipercaya bisa meningkatkan pendanaan investor dalam ICO kripto hingga 95%. Artinya, ICO kripto yang memiliki anggota tim dengan wajah yang dapat dipercaya bisa mengumpulkan rata-rata 2,91 juta dolar AS (Rp 21,9 miliar) lebih banyak daripada ICO kripto yang memiliki anggota tim dengan wajah yang kurang dapat dipercaya.

Studi ini juga menyarankan bahwa investor mungkin terjebak dalam bias perilaku yang disebut efek halo. Efek halo adalah kecenderungan psikologis untuk memberikan kesan positif secara keseluruhan kepada seseorang berdasarkan karakteristik tertentu yang dimilikinya, seperti penampilan wajah.

Meskipun penampilan wajah yang dapat dipercaya bisa membantu ICO kripto mendapatkan pendanaan yang lebih besar, itu tidak berarti bahwa ICO kripto tersebut akan memberikan kinerja yang baik setelahnya. Malah, studi tersebut menemukan bahwa kepercayaan wajah berkorelasi negatif dengan imbal hasil kumulatif token pasca-ICO.

Artinya, investor yang terlalu percaya pada ICO kripto dengan wajah yang dapat dipercaya cenderung kecewa dengan kinerja token mereka setelah ICO. Hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gagal mencapai tujuan proyek, tidak terdaftar di bursa, kehilangan pekerjaan, atau kurangnya aktivitas pengembangan kode.

Profesor Toi Moi mengatakan bahwa penelitiannya sejalan dengan studi psikologis sebelumnya yang menunjukkan bahwa investor mungkin menderita dari bias perilaku dan bahwa kesan wajah mungkin menyesatkan. Oleh karena itu, investor harus berhati-hati dan tidak hanya mengandalkan penampilan wajah sebagai indikator kepercayaan.