Presiden Uni Emirat Arab Tetapkan Dewan Teknologi AI dan Teknologi Canggih untuk Mendorong Pengembangan Kecerdasan Buatan
Presiden Uni Emirat Arab dan penguasa Abu Dhabi, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan (foto: @MohamedBinZayed)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Uni Emirat Arab dan penguasa Abu Dhabi, Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, telah mengeluarkan undang-undang yang membentuk Dewan Kecerdasan Buatan dan Teknologi Lanjutan (AIATC).

Menurut pengumuman dari pemerintah Abu Dhabi, dewan ini akan mengawasi implementasi dan pengembangan kebijakan dan strategi kecerdasan buatan (AI) yang akan diterapkan dalam penelitian, infrastruktur, dan investasi.

Selain kebijakan, dewan ini juga akan bekerja sama dengan mitra lokal dan global dalam mengembangkan rencana dan program penelitian. Hal ini bertujuan untuk "meningkatkan status Abu Dhabi" di bidang kecerdasan buatan. Langkah ini juga sejalan dengan upaya emirat untuk menjadi pusat investasi, kemitraan, dan bakat di sektor teknologi canggih.

Presiden juga menunjuk Sheikh Tahnoun bin Zayed Al Nahyan sebagai ketua AIATC dan Sheikh Khaled bin Mohamed bin Zayed Al Nahyan sebagai Wakil Ketua melalui suatu resolusi yang diterbitkan.

Pemerintah Uni Emirat Arab telah menyambut banyak kemajuan teknologi dengan tujuan menempatkan negara ini sebagai pusat teknologi global bagi startup yang berpotensi. Pada tahun 2018, negara ini mengumumkan Strategi Blockchain Emirates, yang bertujuan untuk memajukan adopsi teknologi blockchain.

Pada Maret 2022, penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mendirikan Otoritas Regulasi Aset Virtual (VARA) untuk mengatur kripto dan aset digital. Pada Juli 2022, negara tersebut juga meningkatkan upaya metaverse dengan meluncurkan Strategi Metaverse Dubai, yang bertujuan untuk mendukung lebih dari 40.000 pekerjaan virtual pada tahun 2030.

Negara ini menetapkan teknologi kecerdasan buatan sebagai salah satu fokus utamanya. Pada 15 Agustus 2023, Pusat Keuangan Internasional Dubai (DIFC) mulai menawarkan lisensi komersial untuk bisnis AI dan Web3 dengan subsidi 90%. CEO DIFC Innovation Hub, Mohammad Alblooshi, mengatakan bahwa pemberian lisensi ini merupakan upaya untuk "menarik lebih banyak bakat global dan investasi ke wilayah tersebut."

Selain memberikan lisensi komersial dengan diskon, negara ini juga mendirikan zona ekonomi bebas khusus untuk penyedia layanan Web3 dan AI. Pada 19 Oktober 2023, emirat Ras Al Khaimah (RAK) meluncurkan RAK Digital Assets Oasis (DAO) untuk Web3, aset digital, dan AI.