Bagikan:

 

JAKARTA – Rocket Lab, produsen kedirgantaraan asal Amerika Serikat, berencana mencari tanda-tanda kehidupan di luar Bumi. Prospek ini akan mereka kerahkan melalui misi pribadi ke Venus.

Meski Venus dikenal sebagai planet terpanas di Tata Surya, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa planet ini layak untuk dihuni. Salah satu penelitian yang menjadi rujukan Rocket Lab adalah studi dari Goddard Institute for Space Studies (GISS) pada tahun 2019.

Bagian dari Divisi Ilmu Bumi (ESD) Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu menemukan bahwa Venus mungkin memiliki lautan dangkal di bagian permukaannya selama dua hingga tiga miliar tahun yang lalu.

Suhu dari lautan ini berkisar 20 hingga 50 derajat celsius. Namun, planet itu mengalami pelapisan ulang secara alami sekitar 700 juta tahun yang lalu sehingga Venus melepaskan karbon dioksida ke atmosfer dan membuat planet tersebut menjadi berbahaya.

Saat ini, suhu atmosfer Venus mencapai 537 derajat celsius dengan dominasi karbon dioksida mencapai 96,5 persen. Akibat dari jumlah nitrogen dan gas planet yang sangat sedikit, oksigen di planet tersebut hampir tidak ada.

Pada tahap awal pencarian tanda kehidupan, Rocket Lab akan mengamati senyawa organik di lapisan awan Venus. Perusahaan swasta itu akan mengirimkan kendaraan peluncur Electron dan pesawat antariksa Photon untuk mengamati kondisi atmosfernya.

Misi ini akan mulai dikerahkan pada tahun 2025, tetapi Rocket Lab belum mengumumkan tanggal peluncurannya. Nantinya, Electron dan Photon akan mengamati Venus pada ketinggian 48.280 kilometer dari permukaan Venus.

Jika misi pribadi ke Venus ini berhasil diluncurkan tahun depan, Rocket Lab akan menjadi badan eksplorasi swasta pertama yang mengamati Venus untuk mencari tanda-tanda kehidupan. Hasil dari pengamatan ini akan menentukan apakah Venus pernah dihuni atau tidak.