Bagikan:

JAKARTA - Belakangan Planet Mars menjadi pusat perhatian karena diklaim memiliki kehidupan laiknya Bumi, namun sekarang giliran Venus yang akan menjadi rumah misi selanjutnya.

NASA, Badan Antariksa Eropa (ESA) dan perusahaan penerbangan antariksa yang berbasis di New Zealand, Rocket Lab berencana untuk mengirim misi ke Planet Venus di tahun-tahun mendatang.

Meski planet itu tidak ramah bagi kehidupan, tetapi NASA telah mempertimbangkan untuk menjelajahi planet dengan menerbangkan balon robot yang dijuluki Aerobot di Venus.

Sebagai bagian dari penelitian untuk misi potensial, Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA baru-baru ini menyelesaikan dua penerbangan uji prototipe Aerobot di atas gurun Black Rock Nevada.

Pengujian itu berhasil menunjukkan penerbangan ketinggian yang terkontrol. Mengirim pesawat ruang angkasa ke Venus merupakan misi rumit karena tekanannya yang sangat tinggi, panas yang hebat, dan gas korosif akan membuatnya tidak berguna hanya dalam beberapa jam.

Namun, beberapa lusin mil di atas zona tidak ramah itu sebenarnya merupakan area di mana Aerobot dapat bermanuver dengan aman.

“Satu konsep membayangkan memasangkan balon dengan pengorbit Venus, keduanya bekerja bersama-sama untuk mempelajari planet kembaran Bumi,” jelas JPL dalam laman resminya.

“Sementara pengorbit akan tetap jauh di atas atmosfer, mengambil pengukuran sains dan berfungsi sebagai relai komunikasi, balon robot udara, atau aerobot, dengan diameter sekitar 40 kaki, akan melakukan perjalanan ke dalamnya," sambungnya.

Balon Aerobot memiliki reservoir bagian dalam berisi helium yang kaku dan balon helium luar yang dapat mengembang dan berkontraksi. Ventilasi helium memungkinkan gas lewat antara bagian dalam dan luar, mengubah tingkat daya apung dan dengan demikian memberi para ilmuwan cara untuk mengontrol ketinggiannya.

Untuk menguji desain, para ilmuwan dan insinyur dari JPL dan Near Space Corporation, melakukan dua penerbangan untuk menguji balon Aerobot sekitar sepertiga dari ukuran balon yang akan menjelajahi Venus.

Melansir Digital Trends, Rabu, 12 Oktober, balon itu terbang 4.000 kaki ke atmosfer Bumi, lokasi itu mirip dengan kepadatan yang akan dialami Aerobot sekitar 180.000 kaki di atas Venus.

Keberhasilan tes di gurun Nevada itu menunjukkan Aerobot bisa melayang tinggi di atas Venus selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan, waktu yang cukup untuk memantau atmosfer pada gelombang akustik yang dihasilkan oleh venusquakes dan menganalisis komposisi kimia awan planet. Nantinya, semua data yang dikumpulkan akan dipancarkan kembali ke Bumi melalui pengorbit yang menyertainya.

"Kami sangat senang dengan kinerja prototipe. Itu diluncurkan, menunjukkan manuver ketinggian terkendali, dan ditemukan dalam kondisi baik setelah kedua penerbangan," kata teknolog robotika JPL Jacob Izraelevitz.

“Kami telah merekam segunung data dari penerbangan ini dan berharap dapat menggunakannya untuk meningkatkan model simulasi kami sebelum menjelajahi planet saudara kami," imbuhnya.

Tampaknya, balon ini layak untuk eksplorasi Venus sejak Soviet berhasil menggunakan desain seperti itu sebagai bagian dari misi kembar Soviet Vega 1 dan 2 pada 1985. Kedua balon berisi helium berlayar di atas angin Venus selama lebih dari 46 jam. sebelum baterai mereka habis.