Perusahaan Media Sosial Harus Hadapi Tuntutan Kasus Kecanduan pada Anak
Alphabet, Meta, ByteDance, dan Snap harus hadapi tuntutan hukum para tergugat (foto: dok. pexels)

Bagikan:

 

JAKARTA - Alphabet, Meta, ByteDance, dan Snap berusaha menghindari litigasi nasional atas kasus kecanduan pada anak. Namun, upaya ini ditolak oleh hakim federal Amerika Serikat (AS).

Berbagai proses litigasi yang dihindari perusahaan-perusahaan ini adalah pencarian upaya hukum, pemberian ganti rugi kepada anak-anak yang terdampak, dan penghentian dugaan praktik salah yang diajukan para terdakwa.

Hakim Distrik AS Yvonne Gonzales Rogers, dalam laporan Reuters, berpihak kepada ratusan tuntutan hukum yang diajukan oleh para pelapor. Akibat dari kecanduan, anak-anak yang dilaporkan ini menderita kecemasan, depresi, dan pikiran untuk bunuh diri.

Para penggugat mengaku senang dengan keputusan ini. Diwakili oleh para pengacara utama, yaitu Lexi Gazam, Previn Warren, dan Chris Seeger, mereka mengatakan bahwa keputusan Rogers adalah kemenangan bagi keluarga yang dirugikan dari bahaya sosial media.

Setelah keputusan dikeluarkan, Alphabet yang mengelola Google dan YouTube menyebutkan bahwa tuduhan para pelapor tidak benar. Mereka menekankan bahwa perlindungan anak selalu menjadi priotitas perusahaan.

Berbeda dengan ByteDance yang mengelola TikTok, mereka tidak membantah tuduhan dampak kecanduan pada platformnya. Namun, pihak dari TikTok mengatakan bahwa mereka mempunyai kebijakan keselamatan dan kontrol orang tua yang tepat.

Sementara itu, Meta yang menjalankan platform Facebook dan Instagram tidak menanggapi pertanyaan dari pihak Reuters. Snap yang mengoperasikan Snapchat pun menolak untuk berkomentar.

Sebelum keputusan dibuat, Rogers mengatakan bahwa seluruh perusahaan ini tidak memiliki kewajiban hukum untuk melindungi pengguna dari bahaya yang ditimbulkan pihak ketiga. Namun, klaim dari para penggugat lebih luas dari sekadar bahaya.

Mereka mempertanyakan mengapa Alphabet, Meta, ByteDance, dan Snap tidak bertanggung jawab atas kontrol orang tua yang rusak, tidak membatasi waktu pemakaian perangkat bagi anak, dan sulit dalam menonaktifkan akun.

Dari teori yang diajukan tergugat, kegagalan verifikasi usia dinilai lebih merugikan daripada konsumsi konten dari pihak ketiga. Hal inilah yang membuat Rogers berpihak pada para penggugat.