JAKARTA - Pada Selasa 14 November, Google didenda 15 juta rubel (Rp2,5 miliar) pada karena menolak berulang kali untuk menyimpan data pengguna Rusia di server di dalam Rusia. Hal ini diumumkan oleh pengadilan di Moskow.
Rusia telah berulang kali berselisih dengan perusahaan teknologi asing terkait konten, sensor, data, dan representasi lokal dalam perselisihan yang semakin memanas setelah Moskow mengirim pasukan bersenjata ke Ukraina pada Februari 2022.
Anak perusahaan Google di Rusia telah berada di bawah tekanan di negara tersebut karena gagal menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Moskow dan membatasi akses ke beberapa media Rusia di YouTube.
BACA JUGA:
Unit teknologi raksasa ini di Rusia mengajukan kebangkrutan pada musim panas 2022 setelah otoritas menyita rekening banknya, sehingga tidak mungkin membayar karyawan dan vendor.
Meskipun Kremlin telah melarang beberapa platform termasuk Twitter dan Facebook, mereka tidak memblokir akses ke layanan Google, dan mesin pencari serta platform YouTube-nya, yang keduanya gratis, terus beroperasi. Google hingga kini belum memberikan komentar atas laporan itu.