Bagikan:

JAKARTA - Seorang analis terkemuka dalam dunia kripto memberikan pandangannya mengenai platform smart contract Cardano (ADA), menyatakan bahwa kemungkinan besar ADA sedang memasuki fase "depresi" yang berpotensi menyebabkan penurunan harga yang signifikan.

Belum lama ini, analis kripto Benjamin Cowen berbicara kepada para subscribernya di saluran YouTube yang berjumlah 786.000 orang. Ia menyampaikan bahwa ADA, sebagai pesaing utama Ethereum (ETH), mungkin akan menghadapi periode koreksi yang lebih dalam dan mencapai titik terendah dalam tren bearish dengan harga yang jauh lebih rendah.

Cowen membuat perbandingan antara pergerakan ADA dan tren Nasdaq pada tahun 2002-2003 untuk memberikan ilustrasi. Dalam analisisnya, ia menekankan bahwa bahkan setelah penurunan harga yang signifikan dan pasar bearish yang berkelanjutan, harga bisa saja tiba-tiba mengalami penurunan dramatis lebih lanjut setelah ditolak dari rata-rata pergerakan 50 minggu (MA 50).

"Dari percobaan terakhir Bulls pada MA 50, Nasdaq mengalami penurunan 50%. Bagaimana hal ini berlaku untuk ADA? Dari level saat ini, yaitu 0,26 dolar AS (Rp3.900-an), jika kita pertimbangkan penurunan antara 49% hingga 50%, maka ADA dapat berada di bawah 0,20 dolar AS (Rp3.000-an),” ujar Cowen.

“Anda juga dapat melihat dari sudut pandang lain. Alih-alih mengukur dari titik itu, Anda dapat mengukurnya dari titik terendah sebelumnya, yang merupakan penurunan sekitar 27%. Penurunan sebesar 27% dari titik terendah saat ini akan menjadikan ADA mencapai 0,16 dolar AS (Rp2.400-an), yang kebetulan juga merupakan level yang penting dan berhasil dicapai oleh ADA pada Agustus 2020,” tambahnya.

Meskipun tidak memberikan target harga yang pasti, Cowen memperlihatkan kemungkinan level 0,17 dolar AS (Rp2.500-an), 0,12 dolar AS (Rp1.800-an), atau 0,07 dolar AS (Rp1.000-an) sebagai titik terendah potensial bagi Cardano.

"Ada juga beberapa level penting lainnya, termasuk level 0,11 dollar AS (Rp1.600-an) yang merupakan level tertinggi tahun 2019, serta level sekitar 0,07 dolar AS (Rp1.070) atau 0,08 dolar AS (Rp1.223) yang merupakan level tertinggi sebelum pandemi. Saya akan dengan tulus memperingatkan jika kita benar-benar memasuki fase depresi ini. Saya tidak tahu sejauh mana penurunannya, saya sama sekali tidak tahu...” komentar Cohen.

“Yang lebih penting adalah mempertimbangkan apakah ini awal dari fase depresi. Kami baru saja mengalami beberapa minggu dengan performa merah berturut-turut. Meskipun ada potensi untuk pulih beberapa minggu ke depan, kita juga harus waspada terhadap risiko nyata ini. Penting bagi semua orang untuk menyadari situasi ini sekarang,” paparnya.