JAKARTA - Misi Pencitraan dan Spektroskopi Sinar-X (XRISM) dan Smart Lander for Investigating Moon (SLIM) batal diluncurkan karena cuaca buruk di sekitar area peluncuran.
Keduanya direncanakan akan lepas landas pada Minggu, 27 Agustus, pukul 20:26 ET, dengan menumpang roket H-2A dari Tanegashima Space Center, Jepang.
Namun, cuaca buruk dan angin kencang menyebabkan penundaan kurang dari 30 menit sebelumnya. Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang (JAXA) pada akhirnya harus menjadwalkan ulang peluncuran yang telah ditunda dua kali itu. Belum ada tanggal pasti kapan akan dilaksanakan.
XRISM adalah kolaborasi antara JAXA, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA).
Teleskop sinar-X itu harus ditempatkan di luar angkasa karena atmosfer bumi menghalangi panjang gelombang. Dengan pengamatan sinar-X, para astronom bisa mempelajari beberapa objek terpanas dan terbesar di alam semesta serta tarikan gravitasi paling kuat, seperti lubang hitam.
Terdapat dua instrumen utama di dalam XRISM, yakni Resolve, akan melakukan spektroskopi sinar-X yang didinginkan mendekati nol mutlak oleh helium cair, dan Xtend, kamera yang bakal memotret kosmos dengan penglihatan sinar-X.
Instrumen ini akan membantu para astronom mengungkap misteri kosmik seperti detail kimiawi gas panas yang bersinar di dalam gugus galaksi.
BACA JUGA:
“Beberapa hal yang kami harap dapat dipelajari dengan XRISM termasuk dampak ledakan bintang dan jet partikel berkecepatan mendekati cahaya yang diluncurkan oleh lubang hitam supermasif di pusat galaksi,” kata peneliti utama XRISM Richard Kelley, dalam sebuah pernyataan.
“Tapi tentu saja, kami sangat gembira dengan semua fenomena tak terduga yang akan ditemukan oleh XRISM saat mengamati kosmos kita," imbuhnya.
Dilengkapi dengan ribuan cermin melengkung, XRISM mampu atau bahkan lebih baik untuk mendeteksi sinar-X. Meski begitu, teleskop harus melakukan kalibrasi selama beberapa bulan setelah mencapai orbit. XRISM dirancang untuk beroperasi selama tiga tahun.
Sementara SLIM, pendarat Bulan yang hanya memiliki berat 700 kg, akan tiba di orbit bulan sekitar tiga hingga empat bulan setelah peluncuran menggunakan sistem propulsinya sendiri untuk menuju ke sana, mengorbit Bulan selama satu bulan, dan mulai turun serta mencoba melakukan pendaratan lunak antara empat hingga enam bulan setelah peluncuran.
Pendarat juga akan mempelajari permukaan bulan secara singkat. Tidak seperti misi pendarat lainnya yang bertujuan ke kutub selatan bulan, SLIM menargetkan lokasi di dekat kawah kecil yang disebut Shioli, di sekitar Laut Nektar.
Di sana, SLIM akan menyelidiki komposisi batuan yang dapat membantu para ilmuwan mengungkap asal usul Bulan. Lokasi pendaratannya berada tepat di sebelah selatan Laut Ketenangan, tempat Apollo 11 mendarat di dekat ekuator bulan pada 1969, seperti dikutip dari Space Flight Now dan CNN Internasional, Senin, 28 Agustus.