Bagikan:

JAKARTA - Aplikasi video pendek TikTok menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menghadirkan bisnis lintas batas di Indonesia. Hal ini terunngkap setelah pemerintah pada Kamis 27 Juli menyatakan kekhawatirannya terhadap rencana yang dilaporkan untuk memperluas bisnis e-commerce oleh perusahaan tersebut. Pasalnya bisa mengakibatkan banjirnya produk-produk dari China ke Indonesia.

Aplikasi video pendek yang dimiliki oleh ByteDance asal China telah bekerja pada sebuah program untuk membantu pedagang negeri tirai bambu menjual barang secara global, yang telah diuji coba di Inggris dan rencananya akan diluncurkan secara resmi kepada konsumen di Amerika Serikat bulan depan, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada Rabu 26 Juli.

Pada Kamis, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Indonesia, Teten Masduki, mengatakan bahwa ia telah bertemu dengan perwakilan dari TikTok dan menyatakan kekhawatirannya bahwa peluncuran program semacam itu di negaranya dapat merugikan usaha kecil, sambil menambahkan bahwa perusahaan tersebut telah berjanji untuk tidak melakukannya.

Fiki Satari, seorang penasihat khusus untuk Menkop, mengonfirmasi komentar menteri tersebut dan mengatakan bahwa mereka khawatir program semacam itu akan meningkatkan risiko "ketidakadilan dan penetapan harga yang merugikan" bagi usaha kecil.

Sikap pemerintah Indonesia menjadikan negara di kawasan Asia Tenggara sebagai yang pertama yang secara publik menentang inisiatif yang belum diluncurkan oleh TikTok, karena perusahaan tersebut berusaha untuk meniru kesuksesan platform belanja seperti Shein dan Temu milik PDD Holdings di Eropa dan Amerika Serikat.

Anggini Setiawan, Kepala Komunikasi TikTok Indonesia, mengatakan bahwa mereka tidak berniat untuk meluncurkan platform semacam itu di Indonesia.

"Kami telah membuat keputusan yang sadar untuk tidak membuka bisnis lintas batas di sini. Ini adalah komitmen kami untuk mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah lokal Indonesia," ujarnya. "Kami tidak berniat untuk menciptakan produk e-commerce sendiri atau menjadi pengecer/grosir di Indonesia untuk bersaing dengan penjual Indonesia."

Model TikTok Shop saat ini yang berfokus pada pelayanan lokal "memberdayakan dan memberikan manfaat" bagi penjual lokal, dan TikTok akan terus mengikuti pendekatan ini, tambahnya.

Program yang disebut "layanan penuh" oleh TikTok dan yang telah dilaporkan oleh media lain dengan nama "Project S" dimaksudkan untuk melengkapi fitur TikTok Shop yang sudah ada yang berfokus pada membantu pedagang lokal menjual produk kepada pembeli lokal di aplikasi TikTok.

TikTok dalam beberapa bulan terakhir telah gencar menggaet pasar Asia Tenggara untuk bisnis e-commerce mereka, dengan CEO Shou Zi Chew mengatakan bulan lalu bahwa perusahaan tersebut akan menginvestasikan miliaran dolar ke wilayah tersebut dalam beberapa tahun mendatang.

TikTok telah berhasil membangun basis pengguna besar di Indonesia. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa aplikasinya memiliki 325 juta pengguna aktif setiap bulan di Asia Tenggara, dengan 125 juta di antaranya berasal dari Indonesia. TikTok juga menyatakan bahwa terdapat 2 juta usaha kecil di TikTok Shop di Indonesi