Microsoft Kenalkan Fitur Kecerdasan Buatan Baru dengan Harga 53% Lebih Tinggi di Perangkat Lunak Kantor
Microsoft  akan menarik biaya setidaknya 53% lebih tinggi untuk mengakses fitur-fitur kecerdasan buatan (foto: dok. microsoft)

Bagikan:

JAKARTA - Microsoft  pada Selasa 18 Juli mengumumkan bahwa mereka akan menarik biaya setidaknya 53% lebih tinggi untuk mengakses fitur-fitur kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) baru dalam perangkat lunak kantornya yang banyak digunakan. Hal ini memberikan gambaran tentang keuntungan besar yang diharapkan oleh perusahaan dari teknologi ini.

Perusahaan juga mengumumkan bahwa mereka akan segera menyediakan versi yang lebih aman dari mesin pencari Bing untuk bisnis, dengan tujuan untuk mengatasi kekhawatiran perlindungan data mereka, meningkatkan minat dalam AI, dan bersaing lebih baik dengan Google.

Pada konferensi virtual Inspire, perusahaan tersebut menyatakan bahwa pelanggan akan membayar 30 dolar AS (Rp450 ribu) per pengguna, per bulan, untuk menggunakan fitur AI bernama "AI Copilot" di Microsoft 365. Fitur ini dijanjikan akan membantu menyusun email di Outlook, membuat dokumen di Word, dan memudahkan akses hampir semua data karyawan melalui perintah dari chatbot.

Biaya tambahan ini akan berlaku di atas biaya berlangganan bulanan yang berkisar antara 12,50 hingga 57 dolar AS, sehingga fitur AI Copilot bisa meningkatkan biaya tiga kali lipat bagi beberapa pelanggan Microsoft.

Dalam sebuah wawancara, Jared Spataro, Wakil Presiden Korporat Microsoft, mengatakan bahwa fitur AI ini akan membayar dirinya sendiri melalui penghematan waktu dan peningkatan produktivitas. Fitur AI Copilot dapat merangkum panggilan di platform Teams.

"Ikhtisar rapat tidak lagi perlu dicatat, atau bahkan hadir dalam beberapa rapat," ujarnya. "Ini benar-benar mengubah cara Anda bekerja."

Spataro menolak meramalkan pendapatan dari fitur AI Copilot ini, yang telah diuji oleh setidaknya 600 perusahaan sejak diluncurkan pada Maret. Program AI ini, yang berpotensi mahal untuk dioperasikan, belum tersedia secara umum.

Sementara itu, Microsoft juga mengarahkan perhatian bisnis pada Bing Chat Enterprise, sebuah bot dalam mesin pencari mereka yang dapat menghasilkan konten dan memberikan pemahaman tentang internet. Layanan ini disertakan dalam berlangganan yang digunakan oleh sekitar 160 juta pekerja.

Berbeda dengan Bing publik yang diakses oleh jutaan pengguna dalam beberapa bulan terakhir, versi bisnis ini tidak akan memungkinkan tampilan atau penyimpanan data pengguna untuk melatih teknologi yang mendasari. Seorang karyawan harus masuk dengan kredensial kerja untuk mendapatkan perlindungan tersebut.

Peluncuran layanan ini muncul seiring meningkatnya kekhawatiran industri tentang staf yang memasukkan informasi rahasia ke dalam chatbot publik, yang dapat dibaca oleh reviewer manusia atau direproduksi oleh AI dengan manipulasi yang cermat.

Ketika ditanya apakah pengguna Bing selama ini tidak dilindungi, Spataro mengatakan bahwa Microsoft telah menjelaskan kebijakan privasinya dengan jelas dan bersemangat untuk membawa AI kepada konsumen. Perusahaan juga mengumumkan kemampuan untuk mengunggah gambar dan mencari konten terkait, seperti yang dilakukan Google.

Dorongan perusahaan untuk Bing dapat membantu upaya merebut pangsa iklan pencarian dari Google yang bernilai 2 miliar dolar AS (Rp30 triliun) dalam pendapatan per poin persentase yang diperoleh. Hal ini juga dapat menarik pelanggan ke Microsoft 365 Copilot, upgrade AI yang memberikan akses ke data bisnis dan kontrol kepatuhan.

"Ini adalah langkah yang sangat strategis bagi kami," kata Spataro.