Aerion AS2, Era Baru Penerbangan Supersonik yang Ramah Lingkungan
Markas baru Aerion yang tengah dibangun di Florida, Amerika Serikat. (Sumber: Aerion)

Bagikan:

JAKARTA - Hampir dua dekade sejak penerbangan supersonik legendaris Concorde dipensiunkan pada tahun 2013 lalu. Dunia penerbangan kini bersiap menyambut kehadiran Aerion AS2. 

Mengandalkan investasi ratusan juta dolar AS, Aerion bersiap untuk memulai produksi massal AS2 pada tahun 2023 mendatang. Bukan pesawat sembarangan, sebab AS2 memiliki beragam keunggulan. Salah satunya adalah kecepatan terbangnya yang membuat jarak New York - London ditempuh hanya dalam waktu 4,5 jam. 

Memiliki kecepatan Mach 1,4, jet bisnis AS2 yang mampu menganggkut 8-12 penumpang ini juga mampu memangkas 3 jam waktu penerbangan New York - Cape Town dan lebih dari 4 jam perjalanan antara New York - Singapura dan New York - Sydney.

"Concorde adalah mesin yang brilian, eksperimen yang mulia, tetapi menghasilkan terlalu banyak emisi di lingkungan, terlalu banyak kebisingan di komunitas kami, dan terlalu mahal untuk dioperasikan. Apa yang kami coba lakukan sangat berbeda," kata Chairman, Presiden sekaligus CEO Aerion Corporation Tom Vice melansir CNN.

Aerion AS2
Aerion AS2 saat ujicoba. (Sumber: Aerion)

Bersiap untuk penerbangan komersial perdana pada tahun 2024 mendatang, Aerion bermaksud untuk membawa pesawat ini ke pasar industri penerbangan pada tahun 2026 mendatang, plus target pengiriman 300 pesawat dalam kurun waktu 10 tahun produksi.

"Dunia tidak dapat menunggu hingga tahun 2050 untuk menjadi karbon netral. Kami harus melakukannya hari ini," ujar Vice.

Teknologi terkini

Aerion AS2 mendapat dukungan mesin supersonil Affinity dari GE, hingga badan pesawat buatan Spirit AeroSystems. Ada juga Honeywell yang berpengalaman dalam jet militer supersonik yang merancang prosesor, tampilan, sensor hingga sistem kontrol penerbangan pada AS2.

"Kami harus merancang pesawat yang sangat efisien dengan pembakaran bahan bakar serendah mungkin. Jadi kami menghabiskan 10 tahun memikirkan tentang aerodinamika canggih dan mesin hemat bahan bakar. Kami telah merancang secara khusus seputar kebisingan dan emisi," papar Vice.

Berbeda dengan Concorde yang memiliki afterburner, sistem di mana bahan bakar disemprotkan ke knalpot mesin dan dibakar untuk meningkatkan daya dorong selama lepas landas dan akselerasi. AS2 tidak akan menggunakan teknologi ini.

aerion as2
Interior Aerion AS2. (Sumber: Aerion)

"Kami mengesampingkan itu karena terlalu berisik dan menimbulkan terlalu banyak emisi di lingkungan. Hal kedua yang kami pikirkan adalah sumber energi kami. Kami menginginkan pesawat yang tidak bergantung pada bahan bakar fosil dan yang dapat beroperasi dengan 100 persen bahan bakar sintetis sejak hari pertama," jelas Vice.

Redam kebisingan

Vice mengatakan kepada CNN pada tahun 2020 bahwa AS2 dirancang untuk memenuhi Standar Kebisingan Pesawat Tahap 5, peraturan kebisingan pendaratan dan lepas landas yang paling ketat. Vice mengklaim jika pihaknya sudah memecahkan masalah tersebut dan pesawatnya akan tenang saat berada di bandara. 

Satu lagi, AS2 juga memiliki fitur paling inovatif, pesawat ini menjanjikan kebisingan yang lebih rendah dibanding Concorde, terutama saat berada di daratan. Ini juga diklaim mengurangi karbon yang dilepaskan saat pesawat berjalan di darat.

Aerion AS2
Aerion AS2. (Sumber: Aerion)

"Kami menganalisis bagaimana pemilik bisnis terbang. Kami melihat sebuah perusahaan di luar New York yang menerbangkan jet bisnis ke seluruh dunia, dan saat kami mengganti AS2 untuk mereka dan menjalankan kembali penerbangan tersebut untuk setiap orang yang terbang dengan pesawat mereka, AS2 menyelamatkannya 142 jam setahun," harapnya.

"Tujuan yang dideklarasikan Aerion adalah untuk membangun masa depan di mana orang akan dapat terbang di antara dua titik mana pun di Bumi dalam waktu tiga jam. AS2 bermaksud menjadi yang pertama dalam keluarga supersonik, dengan pesawat AS3 dalam pipa, dan rencana masa depan untuk pesawat supersonik hybrid-listrik," tutup Vice