Studi Kaspersky: 70 Persen Tim Keamanan TI Perusahaan Kewalahan Terhadap Pekerjaannya
Ilustrasi overwhelmed (foto: Kaspersky)

Bagikan:

JAKARTA - Merasa lelah karena tugas yang monoton, menjadi kurang fokus pada pekerjaan, atau merasa negatif atau sinis terhadap pekerjaan. Ini adalah gejala kelelahan (overwhelmed), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikannya sebagai fenomena pekerjaan.

Bagi orang yang bekerja di bidang keamanan informasi, seperti yang berada di pusat operasi keamanan (SOC), sifat pekerjaan mereka adalah rute langsung menuju kejenuhan profesional, yang dapat merusak diri sendiri bahkan organisasi mereka. 

Pekerjaan tersebut pada dasarnya memerlukan pencarian anomali dalam data yang masuk, hari demi hari. Ketika anomali terdeteksi, situasi menjadi sedikit terguncang karena ada insiden yang harus diselidiki, data untuk dikumpulkan, dan penilaian kerusakan dan risiko yang harus diuji. 

Tetapi insiden siber yang menarik tidak terlalu umum terjadi di perusahaan yang dilengkapi solusi canggih yang menjaga server, stasiun kerja, dan seluruh infrastruktur informasi.

Kaspersky menunjuk Enterprise Strategy Group dan dalam studi terbaru tersebut dan menunjukkan bahwa 70 persen organisasi mengaku kesulitan untuk mengikuti volume peringatan keamanan.

Menurut studi ESG, selain volume peringatan, keragamannya yang luas merupakan tantangan lain bagi 67 persen organisasi. Situasi ini menyulitkan analis SOC untuk fokus pada tugas yang lebih penting dan kompleks. 

Satu dari tiga perusahaan (34 persen), tim keamanan siber yang dibebani dengan peringatan dan masalah keamanan darurat mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan perbaikan strategi dan proses.

Para ahli Kaspersky memperkirakan bahwa intelijen ancaman dunia maya dan perburuan ancaman akan menjadi bagian penting dari setiap strategi pengembangan SOC.

"Namun dengan skenario saat ini di analis SOC justru menggunakan waktu, keterampilan, dan energi mereka untuk menangani IoC berkualitas buruk dan melawan positif palsu yang tidak perlu dibandingkan secara proaktif mencari ancaman yang kompleks dalam infrastruktur. Tidak hanya pendekatan ini tidak efektif tetapi juga munculnya kelelahan tidak dapat dihindari," kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam pernyataan yang diterima di Jakarta. 

Menurut pengamatan Kaspersky, pada tahun 2023 tim SOC akan terus menghadapi serangan canggih, seperti ransomware dan rantai pasokan. 

"Itu berarti tim SOC harus siap menghadapi ancaman ini, dan faktor kunci keberhasilan dalam persiapan adalah peningkatan komprehensif dari berbagai aspek SOC, termasuk memerangi burnout," tambah Yeo.