Bagikan:

JAKARTA - Relativity Space akhirnya menyerah pada Terran 1 setelah gagal dalam tiga kali uji coba peluncuran, kini perusahaan akan beralih pada roket yang lebih besar dan tentunya lebih kuat, Terran R.

Sejatinya, pengumuman ini tidak mengejutkan. Sebab, perusahaan telah lama menekankan Terran 1 adalah pencari jalan untuk Terran R.

"Membangun momentum dari pengembangan dan penerbangan Terran 1, Relativitas mengalihkan fokusnya ke desain, pengembangan, dan produksi kendaraan peluncuran Terran R generasi berikutnya," ungkap Relativits Space dalam Twitter resminya.

Sebelumnya, Terran R didesain memiliki tinggi 216 kaki dan mampu mengangkat beban hingga 22 ton ke orbit rendah Bumi (LEO), berkat tujuh mesin tahap pertama Aeon.

Sekarang, Relativity Space akan mendesain ulang Terran R baru yang memiliki tinggi 270 kaki di atas tanah dengan menampilkan 13 Aeon pada tahap pertamanya.

Terran R yang baru mampu membawa hingga 26 ton ke LEO dalam mode yang dapat digunakan kembali, atau 37 ton jika tahap pertama dikeluarkan. Sebagai perbandingan roket Falcon 9 milik SpaceX, dapat menopang 25,1 ton ke LEO dan merupakan kendaraan yang dapat digunakan kembali.

Tipe roket yang dapat dikeluarkan itu merupakan perkembangan baru, sebelumnya Terran R disebut sebagai roket yang dapat digunakan kembali sepenuhnya. Kini, perusahaan hanya akan menggunakan tahap atas yang dapat dibuang atau digunakan kembali.

"Saya menyebutnya prioritas penggunaan kembali tahap pertama, hanya karena manfaat ekonominya jauh lebih besar," ujar salah satu pendiri dan CEO Relativity Space Tim Ellis kepada Ars Technica, dikutip melalui Space, Kamis, 13 April.

"Dan karena kita perlu masuk ke pasar, dan mendapatkan ramp rate yang lebih tinggi secepat mungkin, masuk akal untuk memfokuskan sumber daya perusahaan pada hal itu. Ini adalah solusi awal yang jauh lebih pragmatis," imbuhnya.

Terran R rencananya akan diluncurkan untuk pertama kalinya pada 2024, tetapi perusahaan mengubahnya menjadi 2026. Relativity Space juga menargetkan roket Terran R menggunakan bahan cetak 3D hingga 95 persen, berbeda sedikit dari Terran 1 yang 85 persen.

Dalam pengumumannya untuk Terran R, perusahaan juga mengungkapkan penyebab roket Terran 1 gagal mencapai orbit. Diklaim karena katup utama mesin Aeon tahap atas terbuka lebih lambat dari yang diharapkan.

Pompa oksigen mesin juga tidak menghasilkan tekanan seperti yang direncanakan, kemungkinan karena adanya gelembung uap di saluran masuk pompa.