JAKARTA - Roket cetak 3D pertama milik Relativity Space, Terran 1 kembali melakukan peluncuran, tetapi sekali lagi, ia gagal tiga menit setelah terbang dan jauh dari orbit yang ditargetkan.
Tidak ada apa pun di atas pesawat uji coba Terran 1 kecuali cetakan 3D logam pertama perusahaan yang dibuat enam tahun lalu.
Terran 1, lepas landas pada Rabu kemarin dari Cape Canaveral, Florida, dia berhasil menyelesaikan pemisahan Tahap 1 dan memenuhi Max Q (keadaan tekanan dinamis maksimum) seperti yang direncanakan.
Namun di Tahap 2, mesin tampak kehilangan pengapian, menyebabkan Terran 1 anjlok sebelum waktunya. Rencananya, roket tersebut akan menuju ke orbit setinggi 125 mil selama beberapa hari.
Tetapi, insiden kegagalan itu membuat Terran 1 membakar dirinya sendiri saat turun, dan jatuh kembali ke Samudera Atlantik.
Peluncuran ini masih menandai lompatan besar bagi Relativity Space yang berbasis di California, AS, dan untuk masa depan perjalanan luar angkasa yang murah.
BACA JUGA:
Sebab, sekitar 85 persen roket termasuk sembilan mesinnya dicetak 3D di pabrik perusahaan di Long Beach, California, seperti dikutip dari ABC News, Jumat, 24 Maret.
Meski upaya peluncuran ketiga ini kembali gagal, perusahaan tetap berlapang dada dengan menyebutnya sebagai kemenangan besar dan berhasil mencetak sejarah.
"Hari ini adalah kemenangan besar, dengan banyak sejarah pertama. Kami juga berkembang melalui Pemisahan Mesin Utama dan Pemisahan Panggung," ungkap Relativity Space di Twitter.
"Kami akan menilai data penerbangan dan memberikan pembaruan publik selama beberapa hari mendatang," imbuhnya.
Today’s launch proved Relativity’s 3D-printed rocket technologies that will enable our next vehicle, Terran R. We successfully made it through Max-Q, the highest stress state on our printed structures. This is the biggest proof point for our novel additive manufacturing approach.… pic.twitter.com/9iaFVwYoqe
— Relativity Space (@relativityspace) March 23, 2023
Sebelumnya diwartakan, misi tersebut akan menguji teknologi pencetakan 3D milik Relativity Space, yang menggabungkan pencetakan logam 3D, Kecerdasan Buatan (AI), dan robot otonom untuk membuat roket dari bahan mentah dalam waktu 60 hari.
Tinggi roket itu sekitar 35 meter, yang menjadikannya roket orbit terkecil di industri, dan 85 persen massanya dicetak 3D.
Selain itu, Terran 1 dirancang untuk mengangkat hingga 1.250 kilogram beban ke orbit rendah Bumi, dan perusahaan menetapkan harga 12 juta dolar AS (Rp185 miliar) per penerbangan.