JAKARTA - MicroStrategy, perusahaan teknologi asal Amerika yang terkenal dengan investasinya di Bitcoin, kembali menunjukkan komitmennya terhadap aset kripto tersebut. Tidak tanggung-tanggung, perusahaan yang dipimpin oleh Michael Saylor itu kembali membeli 1.045 Bitcoin.
Dalam pengumuman resminya pada hari Selasa, 4 April 2023, perusahaan ini mengatakan telah membeli 1.053 Bitcoin dengan harga rata-rata 28.016 dolar AS (Rp418 jutaan) per koin, sehingga menghabiskan dana sebesar 29,3 juta atau sekitar Rp437 miliar. Pembelian ini menambah jumlah total Bitcoin yang dimiliki MicroStrategy menjadi 140.000 BTC.
Pembelian Bitcoin terbaru ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi portofolio MicroStrategy yang telah dimulai sejak Agustus 2020. Saat itu, perusahaan ini mengumumkan bahwa Bitcoin merupakan aset utama yang akan digunakan untuk menyimpan nilai dan melindungi dari inflasi.
Sejak itu, MicroStrategy terus membeli Bitcoin setiap kali ada kesempatan, bahkan dengan menggunakan utang. Pada bulan Maret lalu, perusahaan ini mengeluarkan obligasi senilai 1 miliar dolar AS (Rp14,9 triliun) untuk membeli Bitcoin senilai 150 juta dolar AS (setara Rp2,2 triliun).
BACA JUGA:
Selain membeli Bitcoin, MicroStrategy juga melakukan langkah penting lainnya dalam mengelola aset kriptonya. Perusahaan ini mengumumkan telah melunasi utangnya kepada Silvergate Bank sebesar 161 juta dolar AS (Rp2,4 triliun) dari total 205 juta dolar AS (sekitar Rp3 triliun) yang dipinjam pada bulan Maret tahun lalu.
Dengan melunasi utangnya, MicroStrategy mendapatkan kembali 34.619 Bitcoin yang dijadikan jaminan untuk transaksi tersebut. Perusahaan ini juga menegaskan bahwa aset kriptonya tetap aman meskipun Silvergate Bank mengalami kebangkrutan.
Langkah-langkah yang dilakukan MicroStrategy menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap Bitcoin sebagai aset investasi masa depan. Namun, tidak semua investor setuju dengan strategi perusahaan ini.
Sejumlah investor mengkhawatirkan risiko yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga Bitcoin dan masalah likuiditas yang dihadapi MicroStrategy. Selain itu, sebagian investor juga meragukan apakah MicroStrategy masih fokus pada bisnis utamanya sebagai penyedia platform analitik dan solusi cloud atau tidak.
Brent Thill, seorang analis dari Jefferies, memperkirakan bahwa MicroStrategy dapat menghadapi masalah likuiditas dalam waktu dekat karena perusahaan memiliki terlalu banyak leverage untuk aset kripto. Namun, MicroStrategy terus bertahan dengan strategi investasi yang berani dalam aset kripto, terutama Bitcoin, sebagai upaya untuk mengurangi risiko inflasi dan mempertahankan nilai portofolionya.