JAKARTA - Sebelum invasi Ukraina, Badan Antariksa Eropa (ESA) bekerja sama untuk mengirim penjelajah ke Mars dalam ExoMars Rosalind Franklin Mission dengan Badan Antariksa Rusia (Roscosmos), tetapi proyek itu akhirnya ditangguhkan. Kini, ESA berencana akan menjalankannya sendiri.
ESA, bersama dengan mitra internasional dan industri, membentuk kembali misi tersebut dengan elemen Eropa baru, termasuk pendarat baru, dan target 2028 untuk perjalanan dan sampai ke Mars pada 2030 tanpa keterlibatan Rusia.
"Waktu kedatangan di Mars penting, karena kami perlu memastikan setidaknya enam bulan operasi sebelum dimulainya kejatuhan belahan bumi utara Mars dan musim dingin saat atmosfer umumnya lebih berdebu, dan saat badai debu global Mars mungkin terjadi," ungkap ESA pada laman resminya, dikutip Senin, 20 Maret.
"Dalam hal ini, kami dapat mengharapkan data pertama dari penjelajah datang ke Pusat Kontrol Operasi Rover di Turin, Italia, pada Oktober 2030 segera setelah mendarat," imbuhnya.
Namun, ESA memperkirakan akan memakan waktu setidaknya tiga hingga empat tahun untuk membangun pendarat Eropa baru yang akan mengantarkan Rosalind Franklin ke Mars, dan sebenarnya sudah hampir siap untuk waktu yang lama.
"Tim telah memulai program pemeliharaan dan perbaikan untuk perangkat keras penerbangan yang ada, tetapi akan ada kebutuhan untuk beberapa adaptasi dan peningkatan desain untuk mengatasi antarmuka peluncur baru dan kondisi misi baru," kata ESA.
Awalnya, Rosalind Franklin dijadwalkan meluncur dengan pendarat Roscosmos pada 2020 tetapi ditunda karena pandemi COVID-19, kemudian rencana peluncuran pada 2022 harus kembali tertunda karena invasi Ukraina.
Sekarang para ilmuwan terus menguji penjelajah bersama dengan kembarannya, Amalia yang baru-baru ini melakukan uji pengeboran di simulasi lingkungan Mars Aerospace Logistics Technology Engineering Company (ALTEC).
Ketika sampai di Mars, Rosalind Franklin akan mendarat di wilayah Oxia Planum, salah satu wilayah terekspos batu-batuan kaya tanah liat terbesar di Mars.
Oxia Planum adalah wilayah seluas 200 km yang mengandung lempung berusia sekitar 3,8 miliar tahun. Para ilmuwan berpikir, Mars pernah menampung air permukaan dan mungkin dapat dihuni pada saat itu, yang disebut Periode Hesperian.
Penjelajah Rosalind Franklin akan mengumpulkan sampel seperti yang bisa dilakukan penjelajah Perseverance milik NASA di wilayah tersebut.
Tetapi sampel Perseverance berasal dari permukaan, bor penjelajah ESA itu dapat menembus hingga kedalaman dua meter untuk mendapatkan sampel. Pada kedalaman tersebut, diklaim ESA mungkin terdapat material yang terawetkan dengan baik dari masa lalu untuk pendukung kehidupan Mars.
Sampel tidak akan langsung dikirim ke Bumi untuk dianalisis, di mana Laci Laboratorium Analitik (ALD) penjelajah yang berisi seperangkat instrumen lebih dahulu akan mempelajari sampel itu.
ALD berisi tiga instrumen, Spektrometer inframerah yang disebut Instrumen MicrOmega, spektrometer Raman, dan Mars Organics Molecular Analyzer (MOMA), yang merupakan kombinasi dari kromatografi gas dan Spektrometer Massa Desorpsi Laser milik NASA.
BACA JUGA:
Sementara, batuan purba di Oxia Planum juga diduga menyimpan bukti kehidupan purba, mungkin terkubur di bawah permukaan. Instrumen MOMA akan memainkan peran penting dalam pencarian bukti kehidupan. Tugasnya adalah mendeteksi dan mengidentifikasi bahan organik dalam sampel bor.
Jika ditemukan, akan melengkapi untuk menentukan apakah bahan organik itu biotik atau abiotik. Dengan cara memanaskannya untuk menghasilkan uap, atau bisa menggunakan pulsa laser UV yang kuat untuk menginduksi desorpsi cepat ke dalam fase gas. Setelah diuapkan, sampel dapat dipelajari secara spektroskopi.
Mendeteksi organik di Mars bukanlah tugas yang mudah. Debu dan meteorit antarplanet kemungkinan telah mengirimkan sejumlah besar molekul organik abiotik ke Mars. Mencirikan latar belakang bahan organik ini adalah bagian dari tugas penjelajah.
Tapi MOMA dan instrumen lainnya hanya bisa berhasil jika latihan Rosalind Franklin berhasil. Itu sebabnya ESA menguji bor secara menyeluruh sebelum misi diluncurkan. Dan alasan mengapa mereka membuat penjelajah kembar bernama Amalia.