JAKARTA - Badan Antariksa Eropa (ESA) telah mengakhiri kolaborasinya dengan Rusia dalam misi ke Bulan di masa depan karena konfliknya dengan Ukraina.
ESA tidak akan lagi bekerja sama dengan Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) dalam misi sains Luna 25, 26 atau 27. Namun, ESA tak menghentikan tujuannya untuk menjajaki Bulan.
Dia bermaksud untuk menerbangkan teknologi penting pada tiga misi robotik ke Bulan secara mandiri, dimulai dengan peluncuran Luna 25 yang dijadwalkan pada Agustus.
"Menyusul agresi Rusia terhadap Ukraina, Direktur Jenderal ESA telah memulai tinjauan komprehensif dari semua kegiatan yang saat ini dilakukan dalam kerjasama dengan Rusia dan Ukraina," kata ESA dalam sebuah pernyataan.
ESA menjelaskan, tujuannya adalah menentukan kemungkinan konsekuensi dari konteks geopolitik baru ini untuk program, kegiatan ESA dan menciptakan infrastruktur ruang angkasa yang lebih tangguh serta kuat pada Eropa.
"Agresi Rusia terhadap Ukraina dan sanksi yang diberlakukan merupakan perubahan mendasar dari keadaan dan membuat ESA mustahil untuk mengimplementasikan kerjasama ke Bulan yang direncanakan," ujar ESA.
Melansir The Independent, Kamis, 14 April, sebagai gantinya, ESA akan menerbangkan Bor Package for Resource Observation dan in-Situ Prospecting for Exploration, Commercial Exploration and Transportation (PROSPECT) yang ditujukan untuk misi Luna 27, dan kamera navigasi yang ditujukan untuk Luna 25, pada pesawat ruang angkasa komersial sebagai bagian dari program NASA yakni Commercial Lunar Payload Services.
Badan tersebut juga saat ini sedang mengerjakan jalur alternatif untuk menerbangkan teknologi pendaratan presisi pilot dan penghindaran bahaya, yang ditujukan pada Luna 27 dan penting untuk Lander Logistik Besar Eropa yang diusulkan.
P
BACA JUGA:
engumuman terbaru ini datang hampir sebulan setelah ESA juga mengungkapkan pihaknya secara resmi menangguhkan misi penjelajah Mars di Eropa karena alasan yang sama.
Sebelumnya bulan lalu ESA mengatakan, mustahil untuk terus bekerja dengan Roscosmos pada proyek penjelajah Mars buatan Inggris, yang telah mengalami penundaan berulang kali sejak gagasan itu pertama kali disetujui pada 2005.
Secara resmi dikenal sebagai ExoMars, misi untuk mengirim penjelajah Rosalind Franklin ke Planet Merah yang telah direncanakan pada September tahun ini. Tetapi, seluruh proyek sekarang terancam karena memburuknya krisis diplomatik atas perang di Ukraina.
Meski begitu, ESA telah mendapatkan gantinya dengan Thales Alenia Space of Italy sedang mempelajari cara-cara potensial ke depan untuk misi yang akan dijalankan Rosalind Franklin tanpa keterlibatan Rusia.
Terakhir, ESA juga telah menandatangani perjanjian dengan Badan Antariksa Jepang (JAXA), yang akan menerbangkan spektrometer massa pada misi penjelajah ke Bulan, ISRO LUPEX Jepang, dijadwalkan pada 2024.