Bagikan:

JAKARTA - Indonesia merupakan negara dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Kecerdasan buatan (AI) adalah salah satu teknologi yang paling banyak dibicarakan saat ini dalam lanskap bisnis di tanah air. 

Bahkan, Indonesia sendiri diproyeksikan untuk menjadi pemimpin terdepan dalam adopsi Artificial Intelligence (AI) di ASEAN pada 2030 dan menjadi negara maju pada 2045.

Di sisi lain, Kaspersky memprediksi bahwa teknologi inovatif seperti Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), antarmuka suara, dan otomatisasi proses (termasuk robotisasi komunikasi) hingga pengujian dan penilaian yang mendukung AI seperti ini yang akan memicu peningkatan serangan siber pada tahun 2023.

“Kehadiran AI kini dapat dirasakan dalam aktivitas yang paling sederhana sekalipun, mulai dari smartwatch yang dapat menghitung detak jantung hingga mobil tanpa pengemudi bahkan gym dari rumah. AI, seperti ChatGPT, juga menunjukkan kemungkinan terobosan dan manfaat luar biasa yang dapat dibawanya ke semua industri dan fungsi bisnis,” kata Yeo Siang Tiong, General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta.

Oleh karena itu, inovasi teknologi yang cepat, sistem yang kompleks, dan berbagi data yang semakin terhubung inilah yang memungkinkan risiko upaya siber menjadi lebih terorganisir dan tersebar luas di dalam negeri.

Misalnya, data terbaru Kaspersky menunjukkan bahwa solusi perusahaan telah memblokir sebanyak 41.039.452 ancaman online yang menyasar pengguna di Indonesia selama periode Januari hingga Desember 2022. Hal ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-68 secara global dalam hal bahaya yang terkait dengan berselancar di web.

Pada periode yang sama, terdapat 56.463.262 serangan offline diblokir Kaspersky di Indonesia. Angka ini menurun 24,52% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2021 dengan 74.803.899 insiden lokal pada komputer peserta KSN di Indonesia. Hal ini menempatkan Indonesia di peringkat ke-64 secara global dalam hal ancaman lokal.

Untuk membangun langkah-langkah keamanan siber dalam teknologi yang sedang berkembang ini, Yeo menyarankan untuk memahami cara kerja AI modern dan disiplin yang mendasarinya saat ini, sehingga penerapannya dalam bisnis dapat berjalan dengan baik dan aman. 

“Dari sudut pandang kami sebagai ahli, pengesahan undang-undang perlindungan data di Indonesia telah membuka jalan bagi perusahaan domestik untuk lebih percaya diri dalam mengembangkan ekosistem bisnis digital mereka dengan AI dan kepercayaan ini harus sejalan dengan komitmen negara untuk memperkuat kemampuan pertahanan TI nya,” pungkasnya.