Bagikan:

JAKARTA - Kemajuan teknologi dan media sosial menjadi salah satu faktor pendorong tumbuhnya sektor layanan investasi, termasuk aset kripto di Indonesia. Perkembangan ini pun menciptakan peluang baru dalam hal pekerjaan seperti influencer.

Survei yang dilakukan oleh Center of Economics and Law Studies (CELIOS) mengungkapkan, investor di Indonesia lebih percaya informasi finansial yang disampaikan oleh influencer sebelum memutuskan untuk berinvestasi, terutama aset kripto yang sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini akan berhubungan dengan edukasi dan perlindungan konsumen untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

VP Corporate Communication Tokocrypto, Rieka Handayani mengatakan bahwa tingginya animo masyarakat, terutama generasi muda dalam berinvestasi aset kripto didorong oleh beberapa faktor, hal terbesar adalah terpengaruh oleh eksposur figur publik atau influencer.

"Melihat peran dan tingkat kepercayaan investor terhadap influencer dalam keputusan berinvestasi menjadi hal yang baik, bila dibarengi dengan konten yang bermanfaat, tepat dan tidak berlebihan dalam melakukan promosi suatu produk aset tertentu, sehingga menimbulkan FOMO (Fear of Missing Out) yang dapat merugikan investor maupun calon investor,” kata Rieka dalam keterangannya, yang dikutip VOI Senin, 6 Maret.

Karena itu, lanjutnya, hal ini perlu menjadi perhatian bersama bagi para pelaku industri dan regulator untuk meningkatkan pengawasan dan menciptakan edukasi yang baik untuk masyarakat.

Karena menurutnya, misinformasi yang menimbulkan dampak negatif menjadi tantangan industri aset kripto untuk terus tumbuh. Investor harus tetap melakukan DYOR (Do Your Own Research) atau riset mandiri dengan berbagai sumber terpercaya sebelum memutuskan berinvestasi. 

"Ada pun tantangan yang harus diperhatikan untuk menjadikan industri kripto ini sehat, yaitu terkait edukasi dan literasi. Saat ini banyak masyarakat belum sepenuhnya memahami investasi aset kripto, seperti cara memulai hingga strategi untuk mendapatkan profit. Di samping itu, sering terjadi penipuan investasi bodong yang berkedok aset kripto, sehingga membuat citra industri ini menjadi negatif," jelas Rieka.