Bill Gates Gagal Luncurkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akibat Invasi Rusia
TerraPower sedang mencoba untuk mengembangkan pembangkit nuklir kecil generasi baru. (foto: dok. TerraPower)

Bagikan:

JAKARTA - Ketergantungan terhadap Rusia membuat pembangkit listrik tenaga nuklir canggih milik Bill Gates mengalami penundaan peluncuran, diklaim hingga dua tahun.

Hal ini karena satu-satunya perusahaan yang membesut bahan bakar pembangkit nuklir TerraPower yang dijuluki Natrium berada di Rusia.

Natrium akan menawarkan daya beban dasar sebesar 345 megawatt, dengan potensi untuk memperluas kapasitasnya menjadi 500 megawatt, sekitar setengah dari yang dibutuhkan untuk memberi daya pada kota ukuran menengah.

TerraPower sendiri menerima dana pemerintah di bawah Program Demonstrasi Reaktor Lanjutan oleh Departemen Energi (DoE) Amerika Serikat (AS).

Mereka menargetkan 2028 untuk mendemonstrasikan reaktor berpendingin natrium di pabrik percontohan TerraPower, direncanakan akan dibangun di lokasi pabrik batu bara yang bakal dipensiunkan di Kemmerer, Wyoming, negara bagian penghasil batu bara terbesar di AS.

Sayangnya, karena invasi Rusia ke Ukraina tak kunjung usai, target itu mau tidak mau harus segera diundur setidaknya dua tahun mendatang.

“Ketika Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari, itu menimbulkan tanda tanya besar bagi kami,” Direktur Urusan Luar Negeri TerraPower, Jeff Navin.

“Kami punya rencana. Itu adalah garis waktu yang sangat agresif. Kami merasa cukup percaya diri bahwa kami dapat memenuhinya. Tapi itu semua didasarkan pada bahan bakar inti pertama kami yang berasal dari Rusia," imbuhnya.

TerraPower sedang mencoba untuk mengembangkan pembangkit nuklir kecil generasi baru untuk membantu mengurangi emisi karbon tetapi hanya satu perusahaan yang menjual bahan bakar yang dibutuhkannya, dan itu adalah Rusia.

"Kami pikir Natrium akan menjadi game-changer untuk industri energi," tutur Gates.

Bahan bakarnya, disebut High Assay Low Enriched Uranium, atau HALEU yang memiliki kandungan hingga 20 persen, jauh di atas level 5 persen uranium-235 yang digunakan reaktor saat ini.

Reaktor Natrium tidak akan dapat menyala sampai AS dapat menyelesaikan ketergantungannya pada Rusia untuk bahan bakar HALEU, Navin menyatakan konstruksi tetap tidak berubah, dan perusahaan masih akan memulai pembangunan reaktor tahun depan.

Hanya satu perusahaan di luar Rusia, Centrus Energy Corp berbasis di AS yang memiliki lisensi untuk memproduksi bahan bakar tersebut, tetapi butuh waktu bertahun-tahun untuk menghasilkan jumlah komersial.

DoE menggambarkan HALEU sebagai bahan penting, terlebih menggunakan reaktor nuklir generasi baru di AS akan memungkinkan pembangunan reaktor yang lebih kecil.

HALEU juga memiliki siklus operasional yang lebih panjang dan lebih efisien dibandingkan teknologi pendahulunya. Pada gilirannya, dapat berfungsi sebagai jembatan antara bahan bakar fosil dan sumber energi terbarukan.