JAKARTA - Rencana Bill Gates untuk mengembangkan tenaga nuklir melalui perusahaan startup miliknya, TerraPower sudah menemukan titik terang. Perusahaan ini telah menemukan rumah bagi proyek tersebut.
Gates memilih kota kecil Kemmerer, Wyoming, yang sebelumnya dikenal sebagai daerah tambang batu bara dan gas bumi di Amerika Serikat (AS). Kemmerer dipilih karena faktor geologis dan teknis, seperti kondisi seismik dan tanah, serta dukungan masyarakat.
Diperkirakan, TerraPower akan menghabiskan dana empat miliar dolar AS atau setara Rp56 triliun. Dalam masalah pembiayaan, perusahaan tidak sendiri karena sebagian dana juga didukung oleh pemerintah AS.
Pabrik Kemmerer akan menjadi yang pertama menggunakan desain nuklir canggih disebut Natrium, yang dikembangkan oleh TerraPower dan GE-Hitachi. Nantinya, pembangkit listrik tenaga nuklir Natrium akan menggantikan pembangkit listrik tenaga batu bara yang akan ditutup pada tahun 2025.
“Teknologi inovatif kami akan membantu memastikan kelanjutan produksi listrik yang andal sambil juga mentransisikan sistem energi kami dan menciptakan pekerjaan baru dengan gaji yang baik di Wyoming,” ungkap CEO TerraPower, Chris Levesque, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu, 20 November.
Proyek ini akan menjadi ladang pekerjaan dengan mempekerjakan sebanyak 2.000 orang selama konstruksi berlangsung. Jika pembangunan listrik ini berhasil, maka akan berkapasitas 345 megawatt. Namun juga berpotensi untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 500 megawatt. Ini akan menghasilkan daya ramah iklim yang cukup untuk melayani sekitar 250.000 rumah.
Sistem pendinginnya sendiri menggunakan natrium cair, bukan air. Sebab, natrium lebih tinggi titik didihnya dan dapat menyerap lebih banyak panas daripada air, sehingga menurunkan risiko ledakan. Menurut perusahaan, ini akan berkinerja lebih baik, lebih aman, dan lebih murah daripada tenaga nuklir tradisional.
BACA JUGA:
“Natrium akan menjadi peningkatan keamanan berikutnya. Yang penting tidak akan bergantung pada sumber daya, pompa, dan peralatan tambahan dari luar untuk membantu pembangkit pulih jika terjadi keadaan darurat,” kata Levesque.
Namun, tetap saja beberapa pihak skeptis tentang manfaat natrium dibandingkan dengan air untuk pendinginan, seperti pada pembangkit nuklir konvensional.
“Penggunaan natrium cair memiliki banyak masalah. Ini adalah bahan yang sangat mudah menguap yang dapat terbakar jika terkena udara atau air,” ujar direktur keselamatan tenaga nuklir di lembaga nirlaba advokasi sains Union of Concerned Scientists, Edwin Lyman.
Lyman menjelaskan, negara-negara termasuk AS telah bereksperimen dengan reaktor cepat berpendingin natrium selama beberapa dekade, tetapi hanya Rusia yang memiliki reaktor seperti itu dalam skala besar yang menghasilkan tenaga.