Bagikan:

YOGYAKARTA – Tersangka kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi sempat menjalani pemeriksaan poligraf atau tes kejujuran saat proses penyidikan. Hasilnya, kedua tersangka dinyatakan berbohong dengan hasil minus. Lantas, bagaimana cara kerja poligraf?

Cara Kerja Poligraf

Poligraf atau biasa disebut lie detector (detektor kebohongan) merupakan alat yang memantau reaksi fisiologis seseorang. Sedianya, instrumen ini tidak mendeteksi kebohongan, akan tetapi hanya mendeteksi reaksi yang dihasilkan oleh penipu.

Dikutip VOI dari American Psychological Association (APA), Kamis, 15 Desember 2022, alat poligraf adalah gabungan dari alat kesehatan yang dimanfaatka untuk memantau perubahan yang terjadi pada tubuh.

Menurut psikolog Leonard Saxe, lie detector melibatkan penyimpulan penipuan melalui analisis respon fisiologis terhadap serangkaian pertanyaan yang terstruktur.

Misalnya, ketika seseorang mendapat pertanyaan tentang peristiwa atau kejadian tertentu, pemeriksa dapat melihat bagaimana detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan, dan aktivitas elektrodermal (keringat, dalam jari-jari) orang tersebut mengalami perubahan.

Adanya fluktuasi mungkin menunjukkan bahwa seseorang telah berkata bohong, namun hasil ujuan terbuka hanya ditafsirkan oleh penyedik atau pemeriksa.

Ilustrasi tes poligraf
Ilustrasi tes poligraf (Dok. Psychology Today)

Tes poligraf paling sering dikaitkan dengan penyidikan kasus kriminal. Namun, ada contoh di mana instrumen ini digunakan untuk ujian seleksi kerja di pemerintahan maupun sektor swasta.

Intrumen lie detector atau poligraf dirancang untuk mencari respons tak sadar yang siginifikan yang terjadi dalam tubuh ketika seseorang mengalami stres, terutama yang berkaitan dengan penipuan.

Dikutip dari laman How Stuff Works, ketika seseorang menjalani tes poligraf, empat hingga enam sensor dipasang padanya. Sensor tersebut merekam:

  • Tingkat pernapasan
  • Denyut nadi
  • Tekanan darah
  • Keringat

Selain itu, poligraf juga mampu merekam hal-hal seperti gerakan lengan dan kaki.

Saaf ini, instrumen poligraf telah mengalami perubaha signifikan dalam dekade terakhir. Sebagian besar tes poligraf dilakukan dengan peralatan digital. Kertas bergulir telah diganti dengan algoritma canggih dan monitor komputer.

Di masa lalu, instrument poligraf diperlihatkan di film dengan jarum-jarum kecil yang mencoret-coret garis pada selembar kertas gulir. Instrumen ini disebut poligraf analog.

Seseorang yang hendak menjalani tes kebohongan, biasanya diminta untuk duduk di kursi pemeriksaan poligraf, beberapa tabung dan kabel terhubung ke tubuh pemeriksa di lokasi tertentu untuk memantau aktivitas fisiologis.

Perilaku menipu terlihat dari perubahan fisiologis tertentu yang dideteksi oleh poligraf dan pemeriksa terlatih.  

Hasil Tes Poligraf Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi

Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi
Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi menjalani proses rekonstruksi kasus pembunuhan Brigadir J di rumah dinas Duren Tiga, Selasa (30/8). (Antara/Asprilla Dwi Adha)

Hasil tes poligraf Ferdy Sambo dan Putri Candrawati disampaikan oleh Aji Febriyanto, anggota Polri bidang komputer forensik yang memiliki keahlian di bidang poligraf.

Aji sendiri merupakan salah satu saksi ahli yang dihadirkan dalam persidangan kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu 14 Desember.

Dalam sidang tersebut, Aji mengatakan, pemeriksaan poligraf terhadap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi dilakukan dengan metode skoring atau angka.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) lantas bertanya soal skor yang didapat tersangka kasus pembunuhan Brigadir J. “Bapak FS (Ferdy Sambo) nilai totalnya -8, Putri -25," tutur Aji.

Lalu, jaksa kembali bertanya dengan angka yang diperoleh Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi itu menginidikasian keduanya jujur atau berbohong.

Aji pun menyatakan merujuk nilai itu, suami istri itu dinyatakan berbohong saat menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan.

"Dari skoring yang anda sebutkan itu menunjukkan indikasi apa? Bohong, jujur atau antara bohong dan jujur?" tanya jaksa.

"Untuk hasil + NDI, tidak terindikasi berbohong," ucap Aji.

"Kalau Sambo terindikasinya apa?" tanya jaksa lagi.

“Minus, terindikasi berbohong. Kalau Putri Candrawathi, terindikasi berbohong," kata Aji.

Menurut Aji, pemeriksaan poligraf dengan alat deteksi kebohongan memiliki tingkat keakuratan minimal 93 persen.

"Sesuai jurnal yang dikeluarkan Asosiasi Poligraf Amerika, untuk teknik yang kita gunakan ini memiliki keakuratan di atas 93 persen," ucap Aji.

Demikian informasi seputar cara kerja poligraf terkait tes kebohongan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi dalam kasus pembunuhan Brigadir J.