Kaspersky Ungkap Prediksi Privasi Data di 2023, Metaverse Timbulkan Kekhawatiran
Metaverse berjanji untuk menghadirkan pengalaman offline ke dunia online. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Menjelang pergantian tahun ke 2023, diklaim kebiasaan menjelajah internet akan banyak perubahan akibat penerapan hukum di masing-masing negara. Kaspersky sebagai perusahaan sistem keamanan membuat laporan prediksi privasi untuk tahun depan.

Menurut laporan itu, akan ada pembentukan pasar yang lebih beragam untuk behaviour tracking alias informasi tentang kebiasaan browsing pengguna akibat penerapan hukum setempat. Selain itu, ponsel cerdas juga akan mengambil alih dokumen tradisional dan gagasan metaverse akan menjadi bagian dari realitas.

Semua perubahan ini pasti akan menuntut keamanan berbagai perangkat dan teknologi. Tahun ini saja aktivitas regulasi terkait privasi di seluruh dunia, yang menargetkan sektor korporat dan swasta meningkat.

Beberapa tindakan menangani praktik pengawasan komersial dan keamanan data yang merugikan konsumen, sementara yang lain menangani teknologi pembelajaran mesin yang invasif untuk lebih melindungi data sensitif.

Namun, masih banyak masalah privasi yang dihadapi masyarakat dalam waktu dekat, terutama yang terkait dengan agenda geopolitik dan ekonomi saat ini.

Berikut prediksi privasi di 2023 menurut Kaspersky, dikutip Kamis, 15 Desember.

1. Balkanisasi Internet Akan Mengarah pada Pasar Behaviour Tracking

Sebagian besar halaman web dirayapi dengan pelacak tak terlihat, mengumpulkan data perilaku (behavioural data) yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan terutama untuk iklan bertarget.

Meskipun ada banyak perusahaan berbeda dalam bisnis iklan perilaku (behaviour ads), perusahaan teknologi besar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) seperti Meta, Amazon, dan Google adalah pemimpin yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Namun, di banyak daerah, pihak berwenang semakin berhati-hati dalam berbagi data dengan perusahaan asing. Itu mendorong bisnis untuk menunjukkan preferensi pada pemain lokal, yang mungkin memiliki berbagai implikasi privasi.

Sementara perusahaan teknologi besar mungkin menghabiskan lebih banyak biaya untuk keamanan daripada perusahaan yang lebih kecil, bahkan mereka memiliki andil dalam pelanggaran data. Entitas yang lebih kecil mungkin kurang menarik bagi peretas, tetapi juga kurang mendapat pengawasan dari badan pengatur.

2. Ponsel Cerdas Gantikan Dokumen Kertas

Saat ini ponsel cerdas atau perangkat lain banyak digunakan sebagai metode pembayaran, membuat kartu debit dan kredit klasik menjadi usang di beberapa negara. Selain itu, ponsel dapat digunakan untuk keperluan medis sebagai bukti vaksinasi atau status kesehatan negatif COVID saat ini atau bahkan sebagai versi digital dari kartu identitas. Poin terakhir mungkin dapat membawa kenyamanan dan risiko.

Di satu sisi, sistem yang diterapkan dengan benar dapat membantu menangani verifikasi harian tanpa harus menunjukkan kepada kasir seluruh dokumen dengan perincian lain seperti nama atau alamat.

Di sisi lain, menggunakan ponsel cerdas untuk menyimpan data pribadi dalam jumlah yang semakin banyak menciptakan satu titik kegagalan, sehingga menimbulkan masalah keamanan yang serius. Ini menempatkan tuntutan serius pada keamanan perangkat seluler dan cara data disimpan sembari menjaga privasi.

3. Perusahaan Akan Melawan Faktor Manusia dalam Keamanan Siber

Saat perusahaan menerapkan langkah-langkah keamanan siber yang semakin komprehensif mulai dari perlindungan titik akhir ke XDR (Extended Detection & Response) dan bahkan perburuan ancaman proaktif, manusia tetap menjadi mata rantai terlemah.

Kesalahan konfigurasi berbagai solusi cloud untuk penyimpanan data diperkirakan akan menyebabkan lebih sedikit kebocoran data, dan lebih banyak pelanggaran akan diakibatkan oleh kesalahan manusia.

Untuk mengurangi ancaman ini, perusahaan dapat berinvestasi dalam solusi pencegahan kebocoran data serta edukasi pengguna yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber.

4. Metaverse Timbulkan Kekhawatiran

Jumlah data yang dihasilkan orang hanya dengan melakukan pembayaran non tunai dan membawa ponsel sepanjang hari sudah cukup untuk menarik kesimpulan yang paling sensitif.

Perangkat rumah pintar, kota pintar dengan pengawasan video di setiap sudut, mobil yang dilengkapi dengan banyak kamera dan adopsi IoT lebih lanjut, serta digitalisasi layanan yang berkelanjutan akan membuat privasi pribadi, setidaknya di perkotaan, berubah menjadi masa lalu.

Oleh karena itu, sementara metaverse berjanji untuk menghadirkan pengalaman offline ke dunia online, dunia online sudah terlebih dahulu menguasai dunia fisik.

“Kami tidak dapat menyangkal bahwa topik seperti metaverse, AI, atau pembelajaran mesin akan tetap menjadi sorotan para pakar privasi pada 2023. Namun, kami percaya bahwa peristiwa geopolitik dan ekonomi tahun 2022, serta tren teknologi baru, akan menjadi faktor utama yang memengaruhi lanskap privasi pada 2023,” ungkap pakar privasi di Kaspersky, Vladislav Tushkanov.

5. Kesulitan untuk Menghentikan Kebocoran Data

Menjalani kehidupan modern yang nyaman disertai dengan risiko privasi, misalnya memesan makanan atau menggunakan layanan transportasi online akan menghasilkan, paling tidak geodata yang sensitif.

Namun, kesadaran privasi semakin meningkat, dan orang-orang mulai mengambil tindakan pencegahan untuk mengamankan akun pribadi dan meminimalkan jejak digital mereka. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan mengasuransikan diri terhadap pelanggaran data.

Meskipun sudah ada layanan yang mengganti kerugian jika terjadi pencurian identitas, penawaran asuransi yang lebih luas di masa depan diprediksi akan bermunculan.

Sebagai informasi, guna menyelami lebih dalam privasi online di jejaring sosial, Kaspersky merekomendasikan penggunaan Privacy checker, alat sederhana yang menjelaskan setiap pengaturan di jejaring sosial yang dipilih dan memberikan saran tentang cara mengaturnya untuk berbagai tingkat privasi di beragam platform.