Asia Tenggara Waspada Ancaman Siber Pemilu dan Serangan Privasi
Asia Tenggara harus siap dengan serangan siber selama pemilu (foto: pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Dengan perbatasan dibuka penuh sejak Maret tahun lalu, Asia Tenggara (SEA) tengah melanjutkan perjalanan dan pariwisata setelah lebih dari dua tahun terkunci. 

Namun, kebiasaan digital yang terbentuk selama pandemi tetap utuh dengan ekonomi internet kawasan yang diperkirakan mencapai 330 miliar dolar AS pada tahun 2025.

Dengan berlanjutnya turbulensi ekonomi, inflasi, eksodus pariwisata, dan iklim geopolitiknya, pakar di Kaspersky membagikan tren utama yang akan berdampak pada lanskap ancaman dunia maya di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2023.

Perburuan intelijen geopolitik

Pemilihan umum diperkirakan akan berlangsung di Myanmar pada tahun 2023, antara 1 Februari dan 1 Agustus. Pemilu akan menjadi yang pertama setelah kudeta militer 2021. 

“Situasi politik yang tidak stabil di negara ini menimbulkan ancaman dan membuka peluang bagi negara tetangga Myanmar serta kekuatan politik global. Sejak awal 2021, kami telah menyebut Myanmar dalam 10 laporan APT. Kami yakin negara ini akan berada di garis bidik operasi intelijen geopolitik pada tahun 2023,” ujar Vitaly Kamluk dari Kaspersky, Director of Global Research & Analysis Team (GReAT). 

Serangan privasi dan infrastruktur cloud

Menurut sebuah studi oleh Harvard Kennedy School, Singapura berada di TOP 20 negara di National Cyber Power Index. Ini adalah negara terkecil menurut wilayah dan populasi yang termasuk dalam TOP 20 ini. Hal ini menunjukkan kemajuan teknologi Singapura, tetapi juga menjadikannya target yang menarik karena digitalisasi infrastrukturnya yang mendalam.

Kekhawatiran yang sama tentang privasi dapat diamati di seluruh wilayah. Untuk membantu mengekang serangan terhadap data pengguna, undang-undang tentang regulasi data dan privasi telah disahkan tahun lalu, khususnya undang-undang privasi data (UU PDP) di Indonesia dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDPA) di Thailand.

Lebih banyak insiden pelanggaran data

Perlindungan data masih memiliki jalan panjang di Asia Tenggara. Karena penjahat dunia maya terus mempertajam alat dan memperluas viktimologi mereka, perusahaan dan organisasi di kawasan ini harus terus membangun postur keamanan TI mereka.

“Meskipun 2022 adalah tahun tonggak sejarah bagi kawasan ini dalam hal negara-negara meningkatkan kebijakan mereka untuk melindungi data dan privasi pengguna, itu juga merupakan tahun pelanggaran data utama," tambah Kamluk.

Dengan sebagian besar serangan siber dimulai melalui email phishing, Kaspersky menyarankan perusahaan untuk berinvestasi dalam tindakan keamanan siber yang semakin komprehensif seperti XDR (eXtended Detection & Response) serta menerapkan edukasi pengguna yang lebih menyeluruh untuk meningkatkan kesadaran keamanan siber.