JAKARTA - Meskipun kegiatan masyarakat sudah hampir sepenuhnya normal, namun kebiasaan digital yang terbentuk selama pandemi tetap utuh dengan ekonomi internet kawasan yang diperkirakan mencapai 330 miliar dolar AS pada tahun 2025.
Meningkatnya adopsi dan ketergantungan pada layanan digital seperti belanja online, mobile banking, cryptocurrency, dan lainnya akan terus membentuk lanskap ancaman di Asia Tenggara.
Tahun lalu, Vitaly Kamluk dari Kaspersky, Director of Global Research & Analysis Team (GReAT) untuk Asia Pasifik, memprediksi empat tren keamanan siber untuk tahun 2022, di antaranya adalah:
- Penurunan serangan ransomware yang ditargetkan
- Penipuan tingkat lanjut dan rekayasa sosial
- Lebih banyak pelanggaran data oleh penyerang tak dikenal
- Serangan industri Cryptocurrency dan NFT
Dari prediksi tersebut, Kaspersky menemukan jumlah penipuan online terus menjangkiti para pengguna di Asia Tenggara. Di Singapura, ada setidaknya 10 penipuan online teratas telah menghasilkan total 227,8 juta dolar AS (Rp3,46 triliun) hanya pada paruh pertama tahun 2022.
BACA JUGA:
“Another day, another data breach” juga menjadi tajuk utama di kawasan ini tahun lalu. Kebocoran data telah menjadi berita biasa yang melibatkan beragam viktimologi termasuk perusahaan milik negara, maskapai penerbangan, jaringan hotel, kedai kopi, penyedia layanan gateway pembayaran, universitas, aplikasi cryptocurrency, dan banyak lagi.
Serangan pada bursa kripto juga terus berlanjut. Binance menjadi korban serangan senilai 570 juta dolar AS (Rp8,66 triliun) pada bulan Oktober dan sekitar 1,7 juta dolar AS (Rp25,8 miliar) NFT juga diambil oleh peretas dari pengguna Opensea.
Tahun 2022 juga dimulai dengan serangan BlueNoroff, aktor ancaman persisten tingkat lanjut (APT) ini menyerang perusahaan kecil dan menengah di seluruh dunia yang mengakibatkan kerugian aset kripto yang besar bagi para korban.