Bagikan:

JAKARTA - NASA akhirnya akan mengizinkan publik dan para ilmuwan mengakses data baru dari Teleskop Luar Angkasa James Webb secara lengkap. Saat ini, publik masih terbatas untuk melihat data observatorium raksasa itu.

Gambar dan spektrum Teleskop Webb semuanya disimpan di arsip di Space Telescope Science Institute (STScI) di Maryland, Amerika Serikat (AS), tapi sebagian besar tidak tersedia secara umum hingga satu tahun setelah data dikumpulkan.

Hal itu membuat para ilmuwan yang ingin melakukan pengamatan menjadi kurang data karena aksesnya dibatasi. Beberapa astronom juga mempertanyakan hal ini, sebab proyek yang didanai pemerintah bisa bebas digunakan oleh semua orang.

Diklaim, NASA sedang mempertimbangkan untuk mengubah kebijakan itu dan membuka data baru dari observatorium senilai 10 miliar dolar AS setara Rp156 triliun itu ke publik, dan tentunya para ilmuwan.

Dengan terbatasnya akses data Teleskop Webb, astronom lain tidak dapat menggunakan data baru untuk membentuk rencana pengamatan mereka sendiri. Untuk saat ini, publik hanya diperbolehkan melihat sebagian kecil dari data yang dikumpulkan teleskop dengan waktu terbatas.

"Ini topik yang cukup kontroversial. Karena ada pro dan kontra dari kedua solusi tersebut," ujar kepala Kantor Misi Sains di STScI, Alessandra Aloisi.

STScI  juga mengoperasikan Teleskop Webb dan Teleskop Luar Angkasa Hubble. Perdebatan tersebut berasal dari arahan Kebijakan Kantor Sains dan Teknologi Gedung Putih pada Agustus lalu, meminta di akhir 2025, penelitian yang diterbitkan berdasarkan data yang didanai pemerintah harus segera tersedia secara gratis.

NASA sedang mempertimbangkan untuk melangkah lebih jauh dan mensyaratkan agar semua data yang didanainya dibuka untuk umum tanpa penundaan. Rencananya, mereka akan menggunakan server pracetak arXiv.org, di mana publik juga dapat membaca penelitian ilmiah terbaru secara gratis, tanpa berlangganan jurnal yang mahal.

Alosi menambahkan, membuka kunci data Teleskop Webb dapat membuka pengamatan ilmiah baru bagi para ilmuwan yang tidak memiliki sumber daya untuk mendaftar sendiri.

Melansir Space, Selasa, 13 Desember, dan para ilmuwan yang mengembangkan rencana untuk pengamatan baru akan memiliki lebih banyak data yang ada untuk bekerja dari sebelumnya, berpotensi mempercepat proses penelitian ilmiah.