India Korban Malware Terparah,  600 Ribu Data Penduduknya Dijual di Pasar Bot
Serangan malware di India sangat parah. (foto: dok. pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Sekitar lima juta orang di seluruh dunia datanya telah dicuri dan dijual di pasar bot hingga saat ini. Bahkan sekitar 600.000 di antaranya data itu berasal dari India, yang menjadikannya negara yang paling parah terkena dampak pencurian data. Hal ini dikatakan oleh penyedia seri VPN terbesar di dunia, NordVPN.

Pasar bot digunakan oleh peretas untuk menjual data curian dari perangkat korban dengan malware bot.

Studi oleh NordVPN, dari Nord Security Lituania, mengatakan data yang dicuri termasuk login pengguna, cookie, sidik jari digital, tangkapan layar, dan informasi lainnya, dengan harga rata-rata untuk identitas digital seseorang dipatok pada 490 rupee India (Rp92 ribu).

NordVPN melacak pencurian data selama empat tahun terakhir, sejak pasar bot diluncurkan pada 2018.

India telah berurusan dengan masalah keamanan dunia maya untuk sementara waktu. Baru-baru ini bulan lalu, beberapa server Institut Ilmu Kedokteran Seluruh India (AIIMS), sebuah rumah sakit pemerintah federal yang melayani menteri, politisi, dan masyarakat umum, terinfeksi malware pada 23 November, menurut pejabat polisi senior India kepada Reuters.

Times of India juga melaporkan, seminggu setelah serangan ransomware pada AIIMS, Dewan Penelitian Medis India (ICMR) menghadapi sekitar 6.000 upaya peretasan dalam waktu 24 jam pada 30 November,

Aturan keamanan siber India baru diperketat awal tahun ini, dengan Tim Tanggap Darurat Komputer India (CERT) yang mewajibkan perusahaan teknologi untuk melaporkan pelanggaran data dalam waktu enam jam setelah mengetahui insiden tersebut dan untuk memelihara log TI dan komunikasi selama enam bulan.

Studi NordVPN melihat ke tiga pasar bot utama - pasar Genesis, Pasar Rusia, dan 2Easy - dan menemukan login yang dicuri termasuk dari akun Google, Microsoft dan Facebook.

“Apa yang membuat pasar bot berbeda dari pasar web gelap lainnya adalah bahwa mereka bisa mendapatkan data dalam jumlah besar tentang satu orang di satu tempat,” kata Marijus Briedis, chief technology officer di NordVPN, seperti dikutip Reuters.

"Dan setelah bot dijual, mereka menjamin pembeli bahwa informasi korban akan diperbarui selama perangkat mereka terinfeksi oleh bot," ungkap Briedis.

Peneliti NordVPN menemukan 667 juta cookie, 81.000 sidik jari digital, 538.000 formulir pengisian otomatis, banyak tangkapan layar perangkat, dan jepretan kamera web dalam penelitian mereka.