JAKARTA - Perusahaan satelit asal Prancis Eutelsat siap untuk membeli perusahaan saingan mereka asal Inggris, OneWeb. Pembelian itu akan dilakukan dalam kesepakatan yang akan diumumkan pada Senin, 25 Juli. Hal ini dikutip dari dua sumber yang dekat dengan negosiasi tersebut pada Minggu, 24 Juli.
“OneWeb saat ini bernilai 3,4 miliar dolar AS (Rp 51 triliun) dalam putaran pendanaan terbarunya,” kata salah satu sumber, yang dikutip Reuters. Eutelsat sendiri sebelumnya sudah memiliki 23% saham di OneWeb dan merupakan pemegang saham terbesar kedua.
Penggabungan kedua perusahaan ini akan memperkuat posisi mereka dalam perlombaan untuk membangun konstelasi satelit orbit rendah. Mereka bisa menantang Starlink milik SpaceX milik Elon Musk dan Project Kuiper milik Amazon.com Inc.
Permintaan untuk peluncuran satelit diperkirakan akan meningkat setelah sanksi baru-baru ini telah mengesampingkan industri peluncuran ruang angkasa dari Rusia. Apalagi konstelasi satelit raksasa kini dapat menawarkan saluran baru untuk memancarkan internet broadband dari luar angkasa.
Ikatan itu sensitif secara politik, karena akan menyatukan miliarder India Sunil Bharti Mittal, serta Prancis, Cina, dan Inggris sebagai pemegang saham entitas gabungan. Bharti Global adalah pemegang saham terbesar di OneWeb saat ini.
Pemegang saham terbesar Eutelsat adalah bank investasi milik negara Prancis, Bpifrance, dengan kepemilikan 20% saham. menurut data Refinitiv, pemegang saham terbesar keempat adalah dana pemerintah China, China Investment Corporation.
BACA JUGA:
OneWeb, pada bagiannya, diselamatkan dari kebangkrutan oleh pemerintah Inggris dan Bharti Global India. Menurut sumber di atas, pengambilalihan tersebut akan membuat pemerintah Inggris memiliki saham minoritas dalam bisnis yang digabungkan.
Eutelsat sendiri memiliki nilai pasar 2,4 miliar euro (Rp36,6 triliun) di bursa saham Paris, dengan utang bersih 3 miliar euro (Rp 45,8 triliun) pada akhir 2021.
“Inggris akan mempertahankan hak khusus atas OneWeb setelah kesepakatan,” kata sumber kedua. Ini termasuk hak veto atas penjualan kepada klien yang dianggap berbahaya karena alasan keamanan dan hak veto atas perubahan lokasi kantor pusat.
Hak-hak khusus ini juga memerlukan hak veto atas hubungan bisnis yang dapat membahayakan apa yang disebut aliansi intelijen "Lima Mata" yang terdiri dari Australia, Kanada, Selandia Baru, Inggris, dan Amerika Serikat, serta hak suara pada rantai pasokan dan keputusan peluncuran.
Eutelsat sendiri masih menolak berkomentar tentang laporan yang pertama kali muncul dari Bloomberg tersebut.