Bagikan:

JAKARTA - Kerja sama yang dijalin antara Presiden RI Joko Widodo  dengan CEO Tesla, Elon Musk, baru-baru ini dimaksudkan untuk membangun infrastruktur digital di Indonesia.

Seperti diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto bahwa proyek tersebut diberi nama Low Earth Satellite Orbit atau Satelit Orbit Bumi Rendah. 

"Sekarang sedang dikembangkan prototyping, apa yang bapak Presiden bertemu dengan Elon Musk itu adalah revolusi di bidang infrastruktur digital dengan yang namanya Low Earth Satellite," kata Airlangga dalam acara Leaders Talk dengan tema ‘Synergistic and Inclusive Digital Economy Ecosystem for Accelerated Recovery’, Senin, 11 Juli. 

Airlangga juga mengungkapkan bahwa Low Orbit Satellite ini akan menjadi Game Changer atau pengubah permainan di negara kepulauan yang besar seperti di Indonesia ini. 

"Karena kita punya 17 ribu pulau, jadi tidak mungkin 17 ribu pulau itu disambung dengan fiber optik. Jadi kota-kota besar yang menggunakan fiber optik ini pasti punya blankspot, dan blankspot ini akan diisi dengan Low Earth Satellite Orbit," jelasnya. 

Menurutnya, dengan adanya pengembangan di bidang infrastruktur ini maka sektor industri dan digital akan bergabung, atau saling terhubung. 

Akselerasi inovasi teknologi dan transformasi  digital menjadi salah satu strategi utama pada perubahan ekonomi Indonesia. Karena, Airlangga menilai bahwa potensi ekonomi digital di Indonesia memiliki prospek yang cerah jika dioptimalkan. 

Starlink, perusahaan satelit  internet dari SpaceX, mentargetkan untuk mengirimkan 42.000 satelit, ke orbit rendah Bumi dalam belasan tahun ke depan. Hingga tahun ini saja, perusahaan internet milik Elon Musk itu sudah meluncurkan sekitar 2.200 satelit.

Untuk jangka lima tahun ke depan,  proyek yang dimulai tahun 2019 ini, diharapkan sudah mengirimkan 4.408 satelit latensi rendah ke orbit Bumi. Jika semua sudah diluncurkan dan terpasang ini akan membuat seluruh penjuru Bumi, akan terlayani oleh internet dari Starlink. Tak ada lagi, blind spot di muka Bumi.

Menurut laporan Satellitemap.space tampilan real time dari konstelasi satelit Starlink itu rumit. Bahkan kini terlihat bahwa satelit Starlink sudah hampir menyelimuti permukaan bumi. Ini bisa dilihat dari titik-titik yang ada di luar angkasa.

Posisi satelit pada orbitnya sendiri ada tiga macam. Yaitu Low Earth Orbit (LEO): 500-2.000 km di atas permukaan bumi, Medium Earth Orbit (MEO): 8.000-20.000 km di atas permukaan bumi, dan Geostationary Orbit (GSO): 35.786 km di atas permukaan bumi. Starlink sendiri termasuk dalam kategori LEO.

Saat ini Starlink hanya melayani mayoritas konsumen di Amerika Utara dan memiliki sekitar 500.000 pelanggan. Diperkirakan sekitar 80% pengguna Starlink saat ini ada di Amerika Utara, 18% lainnya di Australia, Selandia Baru, dan Eropa. Hanya 2% pengguna Starlink yang tinggal di wilayah dunia lainnya. Ini termasuk di India, di mana mereka juga menawarkan layanan internet untuk pendudukdi daerah terpencil.

Hingga kini karena Starlink juga sudah diizinkan beroperasi di sekitar 25 negara, termasuk Indonesia. Untuk Indonesia, Starlink tidak melayani penduduk atau penjualan ritel berlangganan. Starlink diizinkan berlabuh di Indonesia hanya untuk melayani jaringan tetap tertutup PT Telkom Satelit Indonesia