Ambisi Besar Elon Musk untuk Penuhi  Orbit Bumi dengan 42 Ribu Satelit Starlink
Starlink banyakdigunakan di kapal pesiar. (foto: twitter @FutureJurvetson)

Bagikan:

JAKARTA – Starlink, perusahaan satelit  internet dari SpaceX, mentargetkan untuk mengirimkan 42.000 satelit, ke orbit rendah Bumi dalam belasan tahun ke depan. Hingga tahun ini saja, perusahaan internet milik Elon Musk itu sudah meluncurkan sekitar 2.200 satelit.

Untuk jangka lima tahun ke depan,  proyek yang dimulai tahun 2019 ini, diharapkan sudah mengirimkan 4.408 satelit latensi rendah ke orbit Bumi. Jika semua sudah diluncurkan dan terpasang ini akan membuat seluruh penjuru Bumi, akan terlayani oleh internet dari Starlink. Tak ada lagi, blind spot di muka Bumi.

Menurut laporan Satellitemap.space tampilan real time dari konstelasi satelit Starlink itu rumit. Bahkan kini terlihat bahwa satelit Starlink sudah hampir menyelimuti permukaan bumi. Ini bisa dilihat dari titik-titik yang ada di luar angkasa.

Posisi satelit pada orbitnya sendiri ada tiga macam. Yaitu Low Earth Orbit (LEO): 500-2.000 km di atas permukaan bumi, Medium Earth Orbit (MEO): 8.000-20.000 km di atas permukaan bumi, dan Geostationary Orbit (GSO): 35.786 km di atas permukaan bumi. Starlink sendiri termasuk dalam kategori LEO.

Saat ini Starlink hanya melayani mayoritas konsumen di Amerika Utara dan memiliki sekitar 500.000 pelanggan. Diperkirakan sekitar 80% pengguna Starlink saat ini ada di Amerika Utara, 18% lainnya di Australia, Selandia Baru, dan Eropa. Hanya 2% pengguna Starlink yang tinggal di wilayah dunia lainnya. Ini termasuk di India, di mana mereka juga menawarkan layanan internet untuk pendudukdi daerah terpencil.

Hingga kini karena Starlink juga sudah diizinkan beroperasi di sekitar 25 negara, termasuk Indonesia. Untuk Indonesia, Starlink tidak melayani penduduk atau penjualan ritel berlangganan. Starlink diizinkan berlabuh di Indonesia hanya untuk melayani jaringan tetap tertutup PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).

Terdapat ada birokrasi dan aturan untuk mendapatkan izin menjual dan menyediakan layanan internet di berbagai negara. Proses perizinan Starlink di India, misalnya, saat ini mengalami jalan buntu. Seandainya diperbolehkan, ditargetkan ada 200.000 pengguna baru Starlink di India.

Di Amerika, seiring dengan semakin meluasnya layanan 5G oleh operator seluler, maka market share Starlink juga terus berkurang. Meski demikian, tetap ada banyak ruang bagi Starlink untuk mendapatkan pengguna.

Bahkan kini Starlink sudah ditawarkan untuk digunakan pada saja perusahaan penerbangan, bahkan kapal pesiar. Pada 2016, misalnya ada 10.000 kapal pesiar mewah di dunia yang menggunakan internet Starlink.

Jumlah jet pribadi yang aktif beroperasi mencapai 22.000. Di Amerika, Starlink juga menargetkan RV (recreational vehicles) atau campervan yang jumlahnya sangat besar. Yakni, mencapai 11,2 juta di 2021. Bahkan, ada 400 ribu-500 ribu mobil RV yang terjual setiap tahunnya.

Namun selain mendatangkan manfaat, satelit juga mendatangkan masalah. Misalnya bangkai satelit yang sudah tak berguna dan berfungsi, maka akan menjadi sampah antariksa yang membahayakan di orbit. Mengingat jumlah besar satelit Starlink, belum lagi satelit milik perusahaan lain, maka dalam beberapa puluh tahun mendatang, antariksa akan dipenuhi sampah satelit yang berbahaya.