JAKARTA - Google Alphabet mungkin menghadapi denda 5-10% dari omzetnya di Rusia karena apa yang dikatakan regulator komunikasi negara pada Rabu, 22 Juni adalah kegagalan berulang untuk menghapus konten yang dilarang. Ini termasuk "informasi menyesatkan" di YouTube tentang acara di Ukraina.
Ini adalah denda kedua berdasarkan persentase omset yang bisa dihadapi Google dari Rusia. Pada bulan Mei, petugas pengadilan Rusia menyita lebih dari 7,7 miliar rubel (Rp2,1 triliun) dari Google yang telah diperintahkan untuk dibayar akhir tahun lalu. Ini menandai pertama kalinya Moskow meminta denda persentase dari omset tahunan perusahaan yang beroperasi di Rusia.
Google, yang anak perusahaannya di Rusia pekan lalu mengajukan pernyataan pailit, tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.
"Situs hosting video YouTube sengaja mempromosikan penyebaran informasi menyesatkan tentang kemajuan operasi militer khusus di Ukraina, mendiskreditkan angkatan bersenjata Federasi Rusia," kata regulator Roskomnadzor, seperti dikutip oleh Reuters.
Menurut Roskomnadzor pelanggaran berulang dapat menyebabkan denda 5-10% dari omset tahunan di Rusia, dengan jumlah yang akan ditentukan di pengadilan. Reuters menghitung bahwa denda sebelumnya setara dengan lebih dari 8% dari omset.
Rusia mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari, dengan mengatakan pihaknya harus meredakan ancaman terhadap keamanannya dan melindungi penutur bahasa Rusia dari penganiayaan di Ukraina. Operasi militer ini disebut pihak Moskow sebagai "operasi militer khusus".
Sementara Ukraina sendiri menyatakan jika mereka sedang memerangi perampasan tanah ilegal oleh Rusia.
BACA JUGA:
Roskomnadzor juga mengatakan YouTube telah mengizinkan konten yang mempromosikan pandangan ekstremis dan menyerukan anak-anak untuk berpartisipasi dalam protes yang tidak sah.
Regulator mengatakan Google sekarang telah didenda total 68 juta rubel (Rp 18,3 miliar), tidak termasuk denda omset, dan lebih dari 7.000 item yang dilarang tetap ada di YouTube.
Rusia telah membatasi akses ke jejaring sosial utama Twitter dan Meta Platforms Facebook dan Instagram, tetapi belum memblokir Google.
Seorang anggota Duma Negara pekan lalu mengatakan YouTube dan Google belum "melewati batas kewajaran", tetapi terlibat dalam perang informasi melawan Rusia.
Rusia telah mengeluarkan banyak denda kepada perusahaan teknologi asing dalam beberapa tahun terakhir untuk berbagai pelanggaran, dalam apa yang dikatakan para kritikus adalah upaya untuk melakukan kontrol yang lebih besar atas internet.