Bagikan:

JAKARTA – Baru-baru ini penerbit stabelcoin USDT, Tether, membantah tudingan yang menyatakan bahwa pihaknya melakukan penjualan surat berharga (commercial paper) perusahaan dengan harga diskon sebesar 30 persen.

Rumor yang beredar menyatakan bahwa surat kabar China atau Asia memiliki 85 persen dari portofolio commercial paper Tether. Penerbit USDT itu merilis pernyataan resmi terkait dugaan tersebut pada 15 Juni kemarin.

“Rumor ini sepenuhnya salah dan kemungkinan menyebar untuk memicu kepanikan lebih lanjut untuk menghasilkan keuntungan tambahan dari pasar yang sudah tertekan. Tether mengutuk upaya semacam itu yang seringkali membuat pengguna biasa mendapat pukulan terbesar, sementara beberapa dana terkoordinasi meningkatkan keuntungan mereka,”  kata pihak Tether.

Menurut siaran pers, perusahaan menegaskan kembali bahwa portofolio surat kabar komersial saat ini telah dikurangi menjadi 11 miliar dan selanjutnya akan dikurangi menjadi 8,4 miliar pada akhir bulan ini.

“Tether dapat melaporkan bahwa portofolio kertas komersialnya saat ini telah dikurangi lebih lanjut menjadi 11 miliar (dari 20 miliar pada akhir Q1 2022) dan akan menjadi 8,4 miliar pada akhir Juni. 2022. Ini secara bertahap akan berkurang menjadi nol tanpa menimbulkan kerugian. Semua surat berharga akan kedaluwarsa dan akan dimasukkan ke dalam Treasury AS dengan jatuh tempo yang singkat.”

Menurut laporan CryptoPotato, semua penurunan ini akan terjadi “tanpa pengulangan kerugian.” Setelah itu, surat berharga yang kedaluwarsa akan dimasukkan ke dalam US Treasuries dengan tempo yang singkat. Hal lain yang diungkapkan oleh press rilis Tether adalah perusahaan tidak memiliki kaitan apa pun terhadap Celcius.

Tether saat ini tidak memiliki eksposur ke Celsius selain dari investasi kecil yang dibuat dari ekuitas Tether di perusahaan. Selain itu, penerbit stablecoin juga membantah tudingan yang menyatakan bahwa Tether memiliki eksposur pinjaman ke perusahaan hedge fund Three Arrows Capital.

Sebagaimana diketahui, Three Arrows Capital mengalami kerugian besar dari investasinya di Terra. Perusahaan yang berbasis di Singapura itu juga dilaporkan telah melakukan penjualan besar-besaran kripto Ethereum untuk melunasi utang ke platform Aave.