Bagikan:

JAKARTA - Siapa yang tak ingin menggeser Apple sebagai perusahaan perangkat pintar terbesar di dunia? Bukan Samsung yang memiliki niat seperti itu. Tapi, justru merek asal China, Xiaomi-lah yang akan maju melawan Apple.

Xiaomi berniat melengserkan Apple dengan mengucurkan dana 15,17 miliar dolar AS atau setara Rp217,6 triliun dalam penelitian dan pengembangan selama lima tahun ke depan.

Pendiri sekaligus kepala eksekutif Xiaomi, Lei Jun, mengatakan bahwa perusahaannya akan menjadi merek smartphone kelas atas nomor satu di China dalam tiga tahun ke depan.

Dalam tantangan langsung ke Apple, Samsung, dan merek China lainnya, Jun juga menyoal tujuan strategis perusahaan adalah menjadi merek smartphone terbesar dalam periode waktu yang sama.

"(Kami bertujuan untuk) sepenuhnya melakukan benchmark terhadap Apple dalam produk dan pengalaman, dan menjadi merek high-end terbesar China dalam tiga tahun ke depan," ujar Jun dalam unggahan di platform microblogging China, Weibo.

Dalam mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Huawei, dan merek China lainnya seperti OPPO, OnePlus, Xiaomi telah mencoba untuk membuat nama untuk diri mereka sendiri dalam kategori unggulan.

Sementara OnePlus dan OPPO telah melihat beberapa keberhasilan dengan upaya mereka untuk menyaingi Apple dan Samsung di segmen unggulan, tetapi flagships Xiaomi lebih dari apa yang dapat digambarkan sebagai entry-level seperti Galaxy S21 FE.

Laporan Canalys menyebutkan, Apple menyalip Samsung untuk menjadi vendor smartphone terbesar di dunia pada kuartal keempat tahun lalu, berkat permintaan yang kuat untuk lini iPhone 13.

Lainnya laporan dari Counterpoint menunjukkan bahwa Apple mencopot Vivo pada kuartal keempat untuk menjadi vendor smartphone teratas China setelah enam tahun bertengger.

Naiknya Apple ke posisi teratas di China setelah bertahun-tahun, tampaknya telah mengguncang Xiaomi, yang menggambarkan persaingan tersebut sebagai perang hidup dan mati.

Dalam upaya untuk menarik lebih banyak konsumen, Xiaomi berencana untuk membuka 20.000 toko ritel baru di China selama tiga tahun ke depan, sehingga jumlah toko menjadi 30.000. Demikian dilansir dari Neowin, Sabtu, 12 Februari.