Bagikan:

JAKARTA - Menumbuhkan tanaman di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) atau di tempat luar angkasa lainnya membutuhkan tenaga ekstra dan tidak mudah, terutama  bagi astronot. Namun tanaman akhirnya hidup dan tumbuh di sana.

Saat ini NASA tengah berupaya kembali untuk memproduksi tanaman di luar angkasa dalam skala besar. Tentu saja ini akan menghadapi tantangan yang lebih berat, mahal, seiring meningkatnya kebutuhan logistik dan kesenjangan teknologi.

Oleh karena itu diperlukan kemajuan baru dalam otomatisasi, robotika, dan pembelajaran mesin untuk mengatasi beberapa hambatan ini.

Makanan dalam bentuk kemasan terdegradasi dari waktu ke waktu, dan sumber daya apa pun dari Bumi ke Bulan atau pemukiman Mars mungkin akan memakan waktu terlalu lama untuk dikirim. Maka dari itu, lebih baik membuat kebun sayuran dan buah guna menjaga kesehatan astronot secara real-time.

“Sangat mahal dan sulit untuk terus menyediakan makanan dan oksigen dan semua hal yang Anda butuhkan untuk membuat orang tetap hidup,” ungkap Profesor botani di University of Wisconsin-Madison yang tidak terlibat dalam penelitian, Simon Gilroy.

Gilroy menyatakan luar angkasa adalah tempat yang aneh untuk keberadaan biologi, dan itulah salah satu alasan mengapa ini merupakan kesempatan besar untuk mempelajari tanaman dan catatan evolusi manusia.

Melansir Popular Science, Kamis, 10 Februari, minat mendalam NASA pada astrobotani, atau studi tentang bagaimana tanaman berinteraksi dengan lingkungan luar angkasa, juga dipelajari dari sejarah pembajakan.

Berabad-abad yang lalu, ketika penjelajah petualang melakukan perjalanan jauh melintasi lautan, banyak yang akan mati karena penyakit kudis, atau kekurangan vitamin C yang parah.

Vitamin penting ini, yang dapat ditemukan secara alami dalam jeruk, adalah nutrisi utama untuk tetap sehat. Dengan menggunakan teknik yang disebut pencitraan hiperspektral, sebuah metode yang dapat menangkap dan memproses sejumlah besar informasi dari seluruh spektrum elektromagnetik, para ilmuwan dapat mengembangkan kesehatan tanaman yang tepat, dengan sistem pemantauan.

Sistem tersebut akan mengumpulkan data untuk membantu memastikan keamanan pangan dengan memantau kesehatan tanaman secara mandiri, serta memperingatkan astronot jika ada penyakit tanaman sejak dini, kekeringan, atau infeksi mikroba.

Prototipe sistem ini sudah dalam pengembangan di Kennedy Space Center, di mana sistem tersebut juga digunakan untuk membuat database gambar tanaman yang dapat dirujuk oleh astronot saat menentukan penyebab stres tanaman.

NASA berharap di masa depan, sistem ini dan sistem serupa akan digunakan untuk membantu melatih algoritma AI yang dapat digunakan di ISS, dan Gateway, pos terdepan yang akan mengorbit Bulan sebagai bagian dari program luar angkasa Artemis NASA.

"Lebih banyak pekerjaan harus dilakukan sebelum kami dapat yakin bahwa kru yang kami kirim ke Mars akan memiliki sistem makanan yang sehat dan berfungsi penuh untuk menemani mereka dalam perjalanan," ucap NASA.

Bersama dengan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), NASA saat ini juga sedang menyelidiki penggunaan microgreens, tanaman kecil padat nutrisi yang dapat dengan mudah ditanam dan dimakan tanpa dimasak lama.

Banyak proyek penelitian tanaman ruang angkasa juga sedang berlangsung, salah satu contoh terbaru adalah Ohalo III, sebuah prototipe rig produksi tanaman yang sedang diproduksi di Kennedy Space Center. Rig ini akan berfungsi sebagai platform uji untuk teknologi pertumbuhan tanaman baru, dan menguji konsep lanjutan untuk pengiriman air.

Rig juga akan membiarkan astronot memetik dan memakan berbagai tanaman jenis salad, yang diharapkan para ilmuwan akan mengurangi menu yang membosankan.

Proyek Ohalo III, yang dimulai pada 2019, pada akhirnya akan dikerahkan di Mars Transit Vehicle, di mana ia akan membantu dalam memandu sistem produksi saat astronot tiba di permukaan Bulan dan Mars . Makalah baru ini telah diterbitkan di Journal Frontiers in Astronomy and Space Sciences.