Bagikan:

JAKARTA - Uni Eropa akhirnya mengambil tindakan sendiri melalui aturan untuk mengatasi kekurangan global chip semikonduktor yang tak kunjung usai hingga kini.

Belum lama ini, Komisi Eropa membuat aturan yang mengatur bantuan negara untuk memikat perusahaan seperti Intel dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC), perusahaan teknologi paling berharga di Asia, untuk membangun lebih banyak mikroprosesor di wilayah tersebut dengan menggelontorkan 49 miliar dolar AS atau setara Rp703 trilun lebih.

Aturan itu tertuang dalam European Chips Act, yang dirancang untuk memulai industri perakitan semikonduktor. Tujuannya adalah untuk melipatgandakan produksi selama satu dekade sambil memperluas jejaknya menjadi chip mutakhir, sambil mengurangi ketergantungan pada komponen dari Asia.

Sementara itu, AS juga memiliki undang-undang serupa yang sedang dalam tahap rancangan, bertujuan untuk memastikan ekonomi Negara Paman Sam itu tahan terharap kekurangan chipset.

Chipset adalah pusat perlombaan teknologi global, mereka adalah fondasi ekonomi modern kita, dan sangat penting untuk barang-barang yang kita gunakan sehari-hari,” ungkap Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, belum lama ini.

Melansir Engadget, Rabu, 9 Februari, Uni Eropa percaya rencana tersebut akan memungkinkan Eropa untuk memanfaatkan kekuatannya di bidang-bidang seperti penelitian dan manufaktur, sambil mengatasi kelemahan mereka di bidang tersebut.

European Chips Act itu juga bertujuan untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan, meningkatkan produksi dan memantau pasokan semikonduktor.

Rencana tersebut, yang memerlukan persetujuan dari negara-negara anggota dan Parlemen Eropa, melibatkan investasi publik dan swasta dan berupaya mengurangi gangguan di masa depan terhadap rantai pasokan chip.

Selain itu, ambisinya juga ingin menggandakan pangsa pasar semikonduktor global menjadi 20 persen pada 2030.

“Undang-undang Chip Eropa akan menjadi pengubah permainan untuk daya saing global pasar tunggal Eropa. Dalam jangka pendek, itu akan meningkatkan ketahanan kita terhadap krisis di masa depan, dengan memungkinkan kita untuk mengantisipasi dan menghindari gangguan rantai pasok," ujar Leyen.

"Dalam jangka menengah, ini akan membantu menjadikan Eropa sebagai pemimpin industri di cabang strategis ini," imbuhnya.