Nasib ISS Tak Menentu , AS dan Sekutunya serta Rusia dan China Ingin Bangun Sendiri Stasiun Baru Mereka
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), nasibnya menjadi tak menentu setelah 2025 (foto: twitter @ISS_Research)

Bagikan:

JAKARTA – Perlombaan di luar angkasa, antara beberapa negara maju terus berkembang. Ini menjadikan nasib Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), menjadi tak menentu jika masa tugasnya nanti dianggap telah selesai.

Ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang masa depan stasiun setelah tahun 2025, ketika diperkirakan beberapa struktur aslinya akan mencapai 'akhir kehidupan'. ISS harus pensiun!

Rusia, mitra utama di stasiun tersebut seperti dilaporkan Dailymail, berencana untuk meluncurkan platform orbitnya sendiri pada saat itu, sementara Axiom Space, sebuah perusahaan swasta, juga berencana untuk mengirim modulnya sendiri untuk penggunaan komersial murni ke stasiun pada saat yang sama.

NASA, ESA, JAXA dan Canadian Space Agency (CSA) tengah bekerja sama untuk membangun stasiun luar angkasa di orbit sekitar bulan, dan Rusia dan China sedang mengerjakan proyek serupa, yang juga akan mencakup pangkalan di permukaan Bulan.

Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) adalah laboratorium sains dan teknik senilai 100 miliar dolar AS () yang mengorbit di ketinggian 250 mil (400 km) di atas Bumi. Stasiun itu telah dikelola secara permanen oleh awak secara bergilir antara astronot dan kosmonot sejak November 2000.

Awaknya sebagian besar berasal dari AS dan Rusia, tetapi badan antariksa Jepang JAXA dan badan antariksa Eropa ESA juga telah mengirim astronot.

Stasiun Luar Angkasa Internasional telah ditempati terus menerus selama lebih dari 20 tahun dan telah digunakan dengan beberapa modul baru yang ditambahkan dan peningkatan sistem

Penelitian yang dilakukan di ISS seringkali membutuhkan satu atau lebih kondisi tidak biasa yang ada di orbit Bumi yang rendah, seperti gravitasi rendah atau oksigen.

Studi ISS telah menyelidiki penelitian manusia, kedokteran luar angkasa, ilmu kehidupan, ilmu fisika, astronomi dan meteorologi.

Badan antariksa AS, NASA, menghabiskan sekitar 3 miliar dolar AS (£2,4 miliar) per tahun untuk program stasiun luar angkasa, dengan sisa dana berasal dari mitra internasional, termasuk Eropa, Rusia, dan Jepang.

Sejauh ini 244 orang dari 19 negara telah mengunjungi stasiun ini, dan di antaranya delapan warga negara yang menghabiskan hingga 50 juta dolar AS untuk kunjungan mereka.

Ada perdebatan yang sedang berlangsung tentang masa depan stasiun setelah tahun 2025, ketika diperkirakan beberapa struktur aslinya akan mencapai 'akhir kehidupan'.

Rusia, mitra utama di stasiun tersebut, berencana untuk meluncurkan platform orbitnya sendiri pada saat itu, sementara Axiom Space, sebuah perusahaan swasta, berencana untuk mengirim modulnya sendiri untuk penggunaan komersial murni ke stasiun pada saat yang sama.

NASA, ESA, JAXA dan Canadian Space Agency (CSA) bekerja sama untuk membangun stasiun luar angkasa di orbit sekitar bulan, dan Rusia dan China sedang mengerjakan proyek serupa, yang juga akan mencakup pangkalan di permukaan.