JAKARTA - TikTok mencari cara agar media sosialnya terhindar dari hoaks dan tantangan (challenge) berbahaya dengan melakukan studi baru. Ini bertujuan untuk lebih memahami keterlibatan anak muda dan menetapkan kebijakan yang lebih baik untuk melindungi dari bahaya terkait.
Belakangan, kedua tren tersebut sejatinya telah menjadi perhatian TikTok. Tahun lalu saja, di Italia seorang gadis berumur 10 tahun meninggal setelah mengikuti Blackout Challenge di aplikasi, yang menyebabkan otoritas Italia memaksa TikTok untuk memblokir akun setiap pengguna yang usianya tidak dapat diverifikasi.
Kemudian, awal tahun ini Milk Crate Challenge yang populer, juga mengakibatkan banyak orang menderita cedera serius setelah mencoba memanjat tumpukan peti plastik, sementara tren lain yang juga memprihatinkan termasuk Benadryl challenge, wajah penuh lilin, tantangan punggung retak dan masih banyak lagi.
Jelas, ada beberapa masalah utama di sini. Penting bagi TikTok untuk mengatasi elemen-elemen ini di mana pun ia bisa, untuk membatasi potensi bahaya yang ditimbulkan selanjutnya.
Lebih lanjut mengutip Social Media Today, Kamis, 18 November, studi yang dilakukan TikTok menggabungkan tanggapan dari lebih dari 10.000 remaja, orang tua, dan guru dari beberapa negara termasuk Indonesia. Mereka diminta untuk memberikan TikTok wawasan yang luas tentang berbagai elemen yang berperan.
BACA JUGA:
-
| TEKNOLOGI
WhatsApp Buat 8 Fitur Baru yang Segera Dirilis, Nomor 3 Wajib Dicoba
18 November 2021, 05:03 -
| TEKNOLOGI
Menghapus Riwayat Pencarian di Instagram Gampang Banget, Begini Caranya!
18 November 2021, 04:00 -
| TEKNOLOGI
Cara Menyembunyikan Foto di Instagram dengan Mudah Tanpa Menghapusnya
18 November 2021, 02:57 -
| TEKNOLOGI
Cara Menggunakan Fitur Voice Effects di Instagram Reels untuk Menambahkan Suara Unik
18 November 2021, 00:54
Berdasarkan hal ini, TikTok menggandeng Praesidio Safeguarding, sebuah lembaga perlindungan independen, untuk mengumpulkan temuan dan rekomendasi utama guna membantu meningkatkan prosesnya.
Para remaja ditanya tentang tingkat risiko tantangan yang mereka lihat secara online baru-baru ini, tidak harus di TikTok. Sekitar 48 persen mengatakan tantangan itu aman, 32 persen menyatakan memiliki sedikit risiko dan 14 persen menggambarkannya berisiko atau berbahaya.
Responden mengatakan tiga persen tantangan sangat berbahaya, sementara 0,3 persen menyatakan mereka telah mengambil bagian dalam tantangan yang mereka kategorikan seperti itu.
Studi tersebut menemukan bahwa 46 persen remaja menginginkan lebih banyak informasi dan bantuan untuk memahami risiko tantangan, sementara 31 persen mengatakan mereka merasakan dampak negatif dari hoaks terkait dengan menyakiti diri sendiri dan bunuh diri.
Mengenali dan menangani hoax tidak selalu mudah. Sebanyak 37 persen dari responden dewasa mengatakan mereka merasa sulit untuk membahas tentang menyakiti diri sendiri dan bunuh diri karena hoaks tanpa menarik perhatian mereka.
Dikatakan TikTok, ia sudah menghapus hoaks dan mengambil tindakan untuk membatasi penyebarannya, tetapi berencana untuk berbuat lebih banyak. Ini akan menghapus video "alarmist warning" tentang tantangan palsu menyakiti diri sendiri.
"Hasil penelitian menunjukkan bagaimana peringatan tentang hoaks menyakiti diri, bahkan jika dibagi dengan niat dapat berdampak pada kesejahteraan remaja. Meskipun kami telah menghapus dan mengambil tindakan untuk membatasi penyebaran hoaks semacam ini, untuk lebih melindungi komunitas kami, kami akan mulai menghapus peringatan yang mengkhawatirkan tentang mereka karena dapat membahayakan dengan memperlakukan hoaks yang merugikan diri sendiri sebagai nyata," ungkap TikTok.
"Kami akan terus mengizinkan terjadinya percakapan yang berupaya menghilangkan kepanikan dan mempromosikan informasi yang akurat," imbuhnya.
Selain itu, peningkatan keamanan lainnya yang telah dilakukan TikTok termasuk memperluas teknologi yang membantu mengingatkan tim keamanan mereka tentang peningkatan mendadak dalam konten yang melanggar yang ditautkan ke tagar.
"Setiap kali pengguna menelusuri konten yang ditautkan ke tipuan atau tantangan berbahaya, mereka akan melihat label peringatan," ujar TikTok.
Perusahaan bahkan bekerja dengan psikiater anak klinis dan ilmuwan perilaku untuk meningkatkan bahasa label. Pengguna yang mencari hoaks dan tantangan berbahaya akan didorong untuk mengunjungi Pusat Keamanan TikTok.
Sedangkan, jika penelusuran terkait dengan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri, mereka akan melihat sumber informasi seperti detail kontak untuk Saluran Bantuan Pencegahan Bunuh Diri Nasional.