JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Mercedes-Benz memutuskan untuk menunda rencana elektrifikasi sepenuhnya dan memilih untuk melakukan pendekatan fleksibel dengan mengembangkan teknologi mesin pembakaran (ICE) terbaru.
Baru-baru ini, Mercedes-Benz umumkan berinvestasi pada mesin ICE termasuk 14 miliar euro (Rp245,3 miliaran) untuk sejumlah pabrik atau pusat litbang dalam mengerjakan drivetrain hybrid mobil berpenumpang yang akan bertahan hingga dekade berikutnya.
Melansir dari Wirtschaftswoche yang ditulis Automotive News, Sabtu, 29 Juni, pabrikan mewah ini juga berinvestasi lebih besar untuk pengembangan mesin pembakaran dari model S-Class terbaru. Disebutkan bahwa sedan mewah ini akan memasuki pasar pada pertengahan tahun 2026.
“Mesin kami akan selalu berada pada tingkat teknologi tertinggi. Jika tidak, kami akan tiba-tiba menghentikan bisnis mesin pembakaran kami pada tahun 2027 hingga 2028,” kata CEO Mercedes-Benz Ola Kallenius.
BACA JUGA:
Sebelumnya, perusahaan telah bersiap untuk memproduksi sepenuhnya EV pada tahun 2030 mendatang. Namun, studi yang dilakukan oleh Mercedes-Benz mengungkapkan bahwa mobil PHEV dan EV kemungkinan hanya akan menghasilkan setengah dari penjualan globalnya.
Dengan demikian, pabrikan juga merubah rencananya dengan melanjutkan produksi model A-Class hingga tahun 2026, yang sebelumnya dijadwalkan bakal dimatikan setelah tahun ini.
Dalam rangka persiapan melanjutkan produksi A-Class, pabrikan telah mengubah pabrik Rastatt di Jerman agar dapat memproduksi mobil dengan platform MFA untuk kendaraan kompak dan MMA untuk kendaraan listrik.
Menurut Mercedes-Benz, platform MMA dirancang untuk berbagai jenis powertrain, baik itu ICE, PHEV, dan EV. Arsitektur ini pertama kali diperkenalkan pada CLA Concept pada September tahun lalu.
Pabrikan akan menyiapkan CLA terbaru dengan mesin M282 milik Mercedes dan akan digunakan juga pada sejumlah kendaraan di bawah lencana Geely, Lynk & Co, dan Volvo di masa depan.