JAKARTA - BYD telah menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir, bahkan berhasil merebut mahkota penjualan mobil listrik dari Tesla di kuartal akhir tahun 2023.
Sebagian besar penjualan BYD masih terkonsentrasi di China, tapi BYD telah ekspansi ke negara-negara di Asia, Eropa, Australia hingga benua Amerika.
Namun baru-baru ini, BYD menyatakan belum memiliki rencana untuk memasuki pasar Amerika Serikat (AS).
Diketahui, para petinggi otomotif AS dibuat meradang oleh BYD bersama dengan pabrikan mobil China lainnya ketika mengumumkan rencana mendirikan pabrik mobil di Meksiko. Langkah ini dinilai dapat membuat mereka terhindar dari tarif impor yang diberlakukan oleh AS.
Ancaman dari industri otomotif China di depan mata membuat Gedung Putih mempertimbangkan untuk menambah regulasi di luar tarif impor yang sudah ada. Kongres AS juga sedang berdiskusi untuk meningkatkan tarif impor lebih lanjut. Salah satu proposal yang dilaporkan akan membatasi asal usul perangkat elektronik yang digunakan dalam mobil terkoneksi karena kekhawatiran terkait pengawasan.
Namun, kekhawatiran tersebut tampaknya bisa sedikit mereda. Pasalnya, BYD, melalui wakil presiden eksekutifnya, Stella Li, menyatakan bahwa perusahaan tersebut belum berencana untuk masuk ke pasar AS, setidaknya untuk saat ini.
"Kami tidak berencana untuk masuk ke AS," kata Li kepada Yahoo Finance, 28 Februari.
"Pasar AS memang menarik, tetapi situasinya sangat rumit," tambahnya.
BACA JUGA:
Industri otomotif di AS secara keseluruhan khawatir dengan kebangkitan China. CEO Stellantis Carlos Tavares membandingkan fenomena ini dengan kebangkitan industri otomotif Jepang dan Korea Selatan beberapa dekade lalu.
CEO Tesla Elon Musk secara terbuka khawatir bahwa pabrikan mobil China dapat "menghancurkan" industri otomotif Barat, sementara Alliance for American Manufacturing menyebut China sebagai "ancaman eksistensial."
Beberapa produsen mobil AS, seperti Ford, mengambil langkah sendiri dengan mempercepat pengembangan mobil listrik murah untuk bersaing dengan China.
"Menurut saya, mereka terlalu berlebihan. Mereka terlalu takut dengan persaingan dari China. Saya tidak percaya bahwa proteksi perdagangan akan membantu perusahaan mana pun," sungut Li.
"Pasar China adalah pasar yang paling kompetitif. Jika Anda adalah pemenang di pasar paling kompetitif, mengapa Anda tidak bisa menang di negara lain?" pungkasnya.