China Kuasai Posisi Eksportir Mobil Terbesar di Dunia, Picu Kekhawatiran Dunia Barat
Yangwang U8. (Dok. BYD)

Bagikan:

JAKARTA - Pada tahun 2023, industri otomotif China mencatat prestasi luar biasa dengan berhasil menggusur Jepang dari posisi eksportir mobil terbesar di dunia, menciptakan gelombang kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat.

Menurut laporan Carnewschina, 14 Januari, ekspor mobil China, termasuk sasis, mencapai rekor sejarah baru sepanjang tahun 2023 dengan jumlah lebih dari 5,22 juta unit, berdasarkan data dari Bea Cukai Tiongkok. Selain itu, merek-merek otomotif China telah menembus pasar lebih dari 200 negara di seluruh dunia.

Sementara, dikutip dari The Economist, 11 Januari, keberhasilan China di 2023 amat mengesankan jika melihat lima tahun sebelumnya China hanya mampu mengirimkan seperempat jumlah mobil dibandingkan dengan Jepang, yang pada saat itu masih memegang posisi eksportir terbesar di dunia.

Lalu BYD, produsen mobil terbesar China, mencatat penjualan impresif sebesar 0,5 juta kendaraan listrik (EV) pada kuartal keempat, mengungguli bahkan Tesla. Keunggulan kendaraan listrik China tidak hanya terletak pada kecanggihannya, tetapi juga pada harganya yang terjangkau. Meskipun demikian, tantangan utama yang dihadapi China saat ini adalah kelangkaan kapal untuk mengirimkan produk-produknya ke seluruh dunia.

Dalam era dekarbonisasi global, China memiliki peluang besar untuk menggandakan pangsa pasar globalnya hingga sepertiganya pada tahun 2030. Hal ini akan mengakhiri dominasi negara-negara Barat, terutama di Eropa, dan menimbulkan pertanyaan apakah China akan kembali memicu gelombang deindustrialisasi di negara-negara Barat?

Kekhawatiran Barat akan China ini bukan tanpa alasan. Pada tahun 1997-2011, menurut The Economist, China disalahkan ketika 1 juta pekerja manufaktur di Amerika kehilangan pekerjaan akibat persaingan dengan China, itu terjadi ketika China mulai berintegrasi ke dalam sistem perdagangan global dan mulai mengirimkan barang-barang murah ke luar negeri.