Mobil Listrik Murah BYD Seagull Ancam Industri Otomotif Amerika, Kenapa?
BYD Dolphin Mini dirilis di Brazil. (Dok. BYD Auto)

Bagikan:

JAKARTA - Dunia otomotif sedang dihebohkan dengan kehadiran BYD Seagull atau namanya BYD Dolphin Mini di beberapa negara.

Mobil listrik mungil asal China ini dibanderol dengan harga super murah, mulai dari 69.800 yuan (sekitar Rp152 juta).

Mobil listrik terjangkau adalah tujuan banyak pabrikan Barat saat ini agar bisa bersaing dengan pabrikan China. Produsen otomotif Amerika Serikat misalnya, dari Ford, GM, Stellantis, termasuk Tesla juga tengah menggarap segmen mobil listrik murah tapi mereka sendiri mengakui harganya itu minimal 25.000 dolarAS (sekitar Rp394 juta).

Munculnya BYD Seagull yang super terjangkau ini memicu kekhawatiran, terutama di Amerika Serikat. Meskipun BYD belum berencana masuk ke pasar AS, para pelaku industri otomotif di sana sudah was-was. Kenapa?

Melansir Teslarati, 25 Maret, penyebab pertama karena China adalah pasar mobil terbesar di dunia. Pabrikan mobil listrik seperti Tesla tentu sangat memperebutkan kue pasar ini. Kedua, ekspansi BYD ke pasar lain di Eropa dan Asia sedang berjalan.

Para pakar otomotif memprediksi masuknya BYD ke Amerika Utara hanyalah masalah waktu. Ditambah lagi, pabrikan mobil China lainnya kemungkinan akan mengikuti jejak BYD.

Mantan eksekutif General Motors (GM), Terry Woychowski, menyebut kehadiran Seagull sebagai "panggilan bangun" bagi industri otomotif lainnya.

Organisasi Alliance for American Manufacturing bahkan lebih blak-blakan. Mereka khawatir masuknya mobil China yang murah - didukung oleh pemerintah China - bisa menjadi "peristiwa kepunahan" bagi sektor otomotif AS.

Kekhawatiran ini bukan isapan jempol. BYD berhasil menjual 1,57 juta unit mobil listrik baterai (BEV) tahun lalu. Bandingkan dengan 2020, di mana mereka hanya menjual 130.970 unit.

Bahkan Elon Musk, CEO Tesla, yang selama ini mendukung persaingan sehat di dunia mobil listrik, ikut angkat bicara. Ia mengakui pabrikan mobil China sebagai yang terkuat di dunia.

Menurut Musk, pabrikan China berpotensi "menghancurkan" perusahaan mobil lain di dunia jika tidak ada hambatan perdagangan.