Bagikan:

JAKARTA - Apa yang terjadi di Industri otomotif China khususnya di segmen mobil listrik menarik untuk dicermati sebagai pasar otomotif terbesar dunia.

Begitu banyaknya produsen mobil listrik asal China telah meningkatkan persaingan di dalam negeri di tengah isu menurunnya permintaan akan mobil listrik. Selain itu, ulah Tesla yang melakukan perang harga sejak tahun lalu akhirnya membuat BYD meradang.

Pemain utama di segmen mobil listrik China dan Global, BYD justru kian memanaskan persaingan karena mereka malah memangkas harga mobil listrik termurah mereka, Seagull, sebesar 5 persen.

Dilansir Reuters, 6 Maret, dengan potongan harga ini, banderol BYD Seagull jadi 69.800 yuan (sekitar Rp151,5 juta). Seagull sendiri merupakan mobil listrik kompak yang sebelumnya menjadi produk BYD dengan harga paling terjangkau dan salah satu terlaris.

BYD memang dikenal gencar memberikan potongan harga sejak perang harga dimulai oleh Tesla tahun lalu. Strategi agresif ini sukses membuat BYD menjadi penjual mobil listrik nomor satu dunia, meskipun sebagian besar penjualannya masih didominasi pasar China.

Sepanjang tahun 2024, BYD tak henti menawarkan potongan harga. Sebelumnya, mereka juga memangkas harga crossover Yuan Plus, mobil terlaris mereka yang dikenal dengan nama Atto 3 di pasar internasional, hingga nyaris 12 persen. Penurunan harga yang ditawarkan BYD terbilang lebih dalam dan mencakup lebih banyak model dibanding kompetitor lainnya.

Di tengah pertumbuhan ekonomi China yang melambat, penjualan mobil listrik (termasuk ekspor) diperkirakan akan tetap naik 13 persen menjadi 11,5 juta unit di tahun 2024. Angka ini jauh lebih rendah dibanding lonjakan pertumbuhan 38 persen yang terjadi di tahun 2023.

Selain BYD, perang harga juga diikuti oleh para pemain besar lainnya seperti Tesla, Geely Auto, GAC Aion, Leapmotor, dan Xpeng.

Analis dari China Merchants Bank International, Shi Ji, memprediksi BYD akan terus memberikan potongan harga sepanjang 2024. Hal ini memang akan menekan margin keuntungan BYD, namun sebagian kerugian bisa ditekan dengan penghematan biaya produksi dari pemasok.

Hingga saat ini, margin keuntungan BYD terbilang masih terjaga dengan baik. Menurut perhitungan Reuters, BYD membukukan margin keuntungan sebesar 22 persen di kuartal ketiga, naik dari 18.7 persen di kuartal kedua.

Selain gencar di pasar domestik, BYD juga aktif melebarkan sayapnya ke pasar internasional. Mereka tengah mempelopori ekspansi mobil listrik China ke Australia dan sudah memulai pembangunan pabrik di Brazil.

Sementara di Indonesia, BYD resmi masuk pasar Indonesia pada 18 Januari lalu dengan merilis Seal, Atto 3, dan Dolphin. Dan BYD baru resmi merilis harga ketiganya di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024.

Tidak hanya menghadirkan produk unggulan, merek asal China ini juga memberikan program terbaik demi memberikan rasa aman bagi konsumen.

Pada setiap pembelian ketiga model BYD ini, perusahaan akan memberikan garansi selama enam tahun atau 150.000 km untuk kendaraan, delapan tahun atau 160.000 km dengan State of Health (SoH) kurang lebih 70 persen untuk traksi baterai, dan delapan tahun atau 150.000 km untuk unit penggeraknya.

Untuk harga dari sejumlah modelnya, pabrikan membanderol Rp425 juta pada Dolphin sebagai EV entry-level, kemudian Atto 3 senilai Rp515 juta, dan Seal yang dimulai dengan banderol Rp629 juta untuk tipe Premium serta Rp719 juta untuk Performance.