Jangan Salah, BYD Raup Keuntungan Tinggi dari Ekspor Mobil Listrik Lebih Dua Kali Lipat dari Harga di China
Yangwang U8. (Dok. BYD Global)

Bagikan:

JAKARTA - Dominasi China atas industri mobil listrik global tengah dipamerkan pada pekan ini di Beijing International Automotive Exhibition (China Auto Show). 

BYD turut memamerkan dua model mewah sebagai bagian dari strategi mereka untuk meraup pangsa pasar premium. Tahun ini, produsen mobil diperkirakan akan meluncurkan 110 model baru mobil listrik dan plug-in hybrid di China, sebagian besar berasal dari merek China.

Menurut laporan Reuters, dikutip 29 April, ketakutan sejumlah politisi Amerika Serikat dan Eropa yang khawatir industri otomotif mereka akan hancur oleh serbuan mobil listrik murah dari China khususnya BYD kini tak terbukti.

Alih-alih menurunkan harga, justru BYD memasang harga jual yang jauh lebih tinggi untuk pasar ekspor dibandingkan harga di negara asalnya.

Kenaikan harga yang signifikan ini bertujuan untuk meraih margin keuntungan besar yang tidak bisa didapatkan BYD di China akibat persaingan sengit. Menurut penelusuran Reuters di lima pasar ekspor terbesar BYD, harga jual mobil listrik BYD di negara-negara tersebut bisa mencapai dua, bahkan terkadang tiga kali lipat, dibanding harga jual di China untuk tiga model utama mereka.

Sebagai contoh, BYD Atto 3, crossover listrik kompak, dibanderol setara 19.283 dolar AS (Rp313 juta) untuk versi mid-range di China. Sementara di Jerman, SUV kecil tersebut dipatok seharga 42.789 dolar AS atau setara Rp650 juta, harga itu masih kompetitif dibanding mobil listrik sejenis di pasar tersebut. Dan di Indonesia masih lebih murah, dimulai dari Rp515 Juta untuk varian dasar Advanced.

Pada pertemuan tertutup dengan investor pada bulan Maret lalu, Ketua BYD Wang Chuangfu mengatakan bahwa ekspor diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan tahun ini di tengah perang harga yang terjadi di pasar domestik China.

Keunggulan Biaya Produksi BYD

Perbedaan harga yang mencolok ini sebagian mencerminkan persaingan ketat di China, pasar mobil terbesar di dunia, di mana puluhan merek mobil listrik saling banting harga. Sebagai contoh, hatchback listrik BYD Seagull dibanderol dengan harga kurang dari 10.000 (Rp162 juta) dolar AS di China.

Keunggulan biaya produksi yang masif inilah yang membuat industri mobil listrik China unggul dibandingkan para pesaing asing. BYD telah menekan biaya produksi di setiap tahap produksi, mulai dari bahan baku hingga baterai, lahan, dan tenaga kerja, menurut para ahli di industri otomotif China dan data biaya baterai.

Selain itu, pemerintah China memberikan subsidi yang besar kepada merek domestik maupun asing yang menjual mobil listrik di China. Sebagai catatan, kendaraan listrik dan plug-in hybrid menyumbang lebih dari sepertiga dari total penjualan mobil baru di China tahun lalu.

Untuk saat ini, produsen mobil China, yang dipimpin oleh BYD, puas mempertahankan harga ekspor yang tinggi dan meraup keuntungan. Hal ini dikarenakan produsen mobil China, seperti BYD, seringkali kesulitan untuk mencapai titik impas atau hanya meraih sedikit keuntungan di pasar domestik mereka sendiri.

"Mereka sama sekali tidak berniat untuk melemahkan pasar Eropa," kata Ben Townsend, kepala divisi otomotif di Thatcham Research, Inggris. 

"Mereka ingin meraup keuntungan," tambahnya.

Selain itu, BYD dan produsen mobil listrik lainnya juga tengah berupaya menghilangkan stigma produk China yang murah seiring dengan upaya mereka membangun reputasi global dan fokus mempertahankan nilai jual kembali yang kuat.