JAKARTA - Raksasa otomotif asal China yakni BYD tengah jajaki pendirian pabrik kendaraan listrik di Meksiko, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok dan mengurangi biaya ekspor ke pasar Amerika Utara.
Ternyata rencana BYD dan juga ramainya aktivitas sejumlah pabrikan China lainnya di Meksiko dari awal tahun amat mengusik pelaku industri otomotif di Amerika Serikat dan kembali memanaskan isu perang dagang terkait mobil listrik.
Kelompok advokasi manufaktur Amerika Serikat (AS), Alliance for American Manufacturing, dilansir Reuters, 25 Februari, mendesak pemerintah AS untuk memblokir impor mobil dan komponen murah asal China yang diproduksi di Meksiko. Mereka khawatir hal ini bisa mengancam kelangsungan hidup produsen mobil AS.
"Masuknya mobil China murah yang didukung oleh kekuatan dan pendanaan pemerintah China ke pasar Amerika bisa menjadi peristiwa memusnahkan bagi sektor otomotif AS," ungkap laporan yang dirilis Alliance for American Manufacturing.
Mereka berargumen bahwa AS harus mencegah mobil dan komponen buatan pabrik China di Meksiko mendapat keuntungan dari perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (USMCA).
"Pintu belakang perdagangan untuk impor mobil China harus ditutup sebelum menyebabkan penutupan pabrik massal dan kehilangan pekerjaan di Amerika Serikat," tegas laporan tersebut.
BACA JUGA:
Kehadiran BYD di Meksiko dikhawatirkan akan semakin membanjiri pasar AS dengan mobil listrik China yang lebih murah.
Sementara itu, pemerintah China melalui kedutaannya di Washington menyatakan bahwa ekspor mobil mereka mencerminkan perkembangan kualitas tinggi dan inovasi kuat dari industri manufaktur China atau mereka mampu menyediakan produk hemat biaya dengan kualitas tinggi kepada dunia.
Di sisi lain, sejumlah anggota parlemen juga telah mendesak pemerintah Biden untuk menaikkan tarif bea masuk untuk kendaraan buatan China dan meminta mencari cara untuk mencegah perusahaan China mengekspor ke AS melalui Meksiko.
Mereka juga meminta agar Biden meningkatkan tarif 27,5 persen jika itu terjadi untuk kendaraan China dan mempersiapkan diri menghadapi gelombang kendaraan China yang akan diekspor dari negara mitra dagang AS lainnya, seperti Meksiko.
Keputusan pemerintah AS selanjutnya akan menentukan apakah perang dagang ini akan semakin memburuk atau dapat ditemukan solusi yang saling menguntungkan.