Antisipasi Seriusnya Ancaman Pabrikan China di Dunia Barat, CEO Ford dan GM Buka Pintu Kerja Sama 
Mobil listrik Chevrolet isi daya di jaringan pengisian EVgo. (Dok. General Motors)

Bagikan:

JAKARTA - Para petinggi di industri otomotif Amerika Serikat (AS) mulai membuka diri terhadap potensi kerja sama untuk menekan biaya pengembangan mobil listrik. Langkah ini diambil sebagai respons atas semakin agresifnya produsen kendaraan listrik asal China yang mulai merambah pasar Eropa dan Amerika.

Tekanan dari BYD dan Produsen China Lainnya

Dilansir Reuters, 15 Februari, CEO General Motors (GM), Mary Barra, menyatakan keterbukaannya untuk bermitra dengan pihak lain, terutama dalam pengembangan teknologi yang tidak berhubungan langsung dengan konsumen. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi riset dan pengembangan serta penggunaan modal. Pernyataan ini disampaikan oleh Barra pada sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh Wolfe Research.

Hal senada juga diungkapkan oleh CEO Ford, Jim Farley, dalam presentasi terpisah di konferensi yang sama. Ia menyatakan terbuka terhadap kolaborasi dengan produsen mobil lain untuk mengurangi biaya baterai mobil listrik. Tekanan ini semakin besar seiring dengan ekspansi BYD dan produsen mobil listrik China lainnya yang menawarkan harga lebih kompetitif. BYD bahkan dilaporkan sedang mempertimbangkan pembangunan pabrik perakitan di Meksiko, yang berpotensi menjadi basis ekspor mobil listrik mereka ke Amerika Serikat.

Farley menekankan bahwa jika para produsen mobil Barat tidak mampu bersaing secara adil dengan China, maka 20 persen hingga 30 persen pendapatan mereka terancam dalam beberapa tahun ke depan. Untuk mengatasinya, Ford telah membentuk tim khusus yang terpisah dari operasi teknik utama perusahaan untuk merancang mobil listrik kecil dan murah yang dapat bersaing dengan model Seagull produksi BYD. Ford juga sedang mengevaluasi ulang strategi baterainya.

Targetkan Produksi Menguntungkan

Farley menginstruksikan para engineer Ford untuk mengembangkan mobil listrik baru yang terjangkau serta menguntungkan sejak tahun pertama penjualannya. Jika tidak, maka proyek tersebut tidak akan dilanjutkan. 

Sementara itu, Barra menyatakan bahwa GM berpotensi mencapai titik impas untuk produksi mobil listrik di Amerika Utara pada paruh kedua tahun ini, dengan syarat mencapai tingkat produksi tahunan 200.000 hingga 300.000 unit dan memanfaatkan subsidi pemerintah melalui Inflation Reduction Act. GM sempat gagal mencapai target produksi mobil listrik di Amerika Utara pada tahun 2023 akibat masalah produksi modul baterai. Namun, Barra memastikan bahwa saat ini GM sedang berupaya mengatasi permasalahan tersebut, serta memperbaiki kesalahan software yang mengganggu peluncuran Chevrolet Blazer EV.

Di China, Barra mengatakan bahwa merek-merek GM akan fokus pada segmen premium dan harga yang lebih tinggi, mengingat produsen mobil China saat ini sudah mendominasi segmen pasar yang lebih mainstream.