Pertama Kali Dalam 7 Tahun Terakhir Ekspor China Turun 4,6 Persen
Ilustrasi ekspor (ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Ekspor China mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam 7 tahun terakhir. Ekspor negeri Tirai Bambu itu menurun 4,6 persen di 2023. Penurunan ini adalah yang pertama sejak tahun 2016 dengan 7,7 persen.

Angka impor naik 0,2 persen pada Desember dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut diperkirakan lebih rendah dari analis yang disurvei Reuters yang mencapai angka kenaikan 0,3 persen.

Perdagangan China dengan mitra utamanya menurun di 2023 karena permintaan barang asal China turun di tengah pertumbuhan global yang juga melambat.

Dilansir ANTARA, Minggu, 14 Januari, ASEAN menjadi mitra dagang terbesar China tahun 2023 dan diikuti Uni Eropa. Namun, secara negara AS tetap menjadi mitra dagang China yang paling terbesar.

Sebagai importir minyak terbesar, Tiongkok menyebut permintaan minyak mentah turun 7,7 persen di 2023. Meskipun nilai itu kurang dari penurunan pada November sebesar 8,1 persen.

Ekspor Tiongkok di sebagian besar kategori produk turun pada tahun 2023, dengan pengecualian mesin, kapal, dan peralatan rumah tangga.

Berdasarkan data Bea Cukai China, sektor otomotif tetap menjadi sektor yang cerah, dengan ekspor melonjak sebesar 69% pada tahun 2023 dibandingkan tahun lalu.

Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan kenaikan sebesar 70,9% pada periode Januari 2023 hingga November. China diperkirakan akan melampaui Jepang sebagai eksportir mobil terbesar di dunia pada tahun 2023.

Pertumbuhan pesat pasar mobil listrik serta permintaan dari Rusia telah membantu meningkatkan ekspor mobil China.

“Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, banyak produsen mobil meninggalkan negara tersebut hanya untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan produsen China,” kata ekonom Moody’s Analytics Sarah Tan.

“Dalam sebelas bulan pertama tahun 2023, pengiriman mobil ke Rusia meningkat sekitar enam kali lipat dari nilai tahun 2022," tambahnya.