JAKARTA - Sejak tahun 2021, Mercedes-Benz memiliki target ambisius di segmen kendala listrik dengan mencanangkan 50 persen penjualan kendaraan berasal dari kendaraan listrik pada tahun 2025.
Mengutip laman ArenaEV, Jumat, 23 Februari, kini pabrikan tersebut tampaknya mundur dari tujuan tersebut dan memutuskan menunda selama lima tahun lagi atau hingga tahun 2030.
Alasan penundaan ini dikarenakan fakta yang terjadi saat ini di mana produsen mobil mewah ini melihat bahwa kendaraan PHEV (plug in hybrid) akan akan tetap relevan beberapa tahun ke depan. Artinya, PHEV menjadi prioritas saat ini.
Langkah yang dilakukan Mercedes-Benz juga diperkirakan sebagai konsekuensi dari turunnya permintaan kendaraan listrik. Selain itu, harga kendaraan listrik murni yang masih tergolong mahal dibandingkan ICE dan hybrid, juga masih menjadi kendala.
Selain turunnya pertumbuhan permintaan kendaraan listrik, Mercedes juga terkena dampak dari lambatnya pertumbuhan ekonomi, masalah rantai pasokan, kekurangan komponen, dan ketegangan perdagangan antara Tiongkok, AS, dan UE.
Oleh karena itu, penjualan pada kuartal pertama tahun ini kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan penjualan pada kuartal pertama tahun 2023. Penjualan kendaraan listrik diperkirakan akan mencapai sekitar 19-21 persen dari total penjualan, jika menghitung kendaraan listrik bertenaga baterai dan hibrida secara bersamaan.
BACA JUGA:
Seperti diketahui, saat ini 11 persen mobil Mercedes yang dijual di Eropa semuanya listrik, dan 8 persen hybrid. Oleh karena itu, perusahaan akan terus memperbarui model ICE-nya hingga beberapa tahun ke depan.
Sementara, menurut laporan Reuters, CEO Ola Kallenius ingin pelanggan dan investor mengetahui bahwa Mercedes saat ini berada dalam posisi yang baik untuk terus memproduksi mobil bermesin pembakaran dan siap memperbarui teknologinya hingga dekade berikutnya.